Baru aja baca koran Republika hari ini di Headline nya berita tentang Ahamdiyah,,,, kok bisa yah Ahmadiyah sesat emang ajaran Ahmadiyah gimana sih?
Oh ternyata ada beberapa ajaran Ahmadiyah yang nyelene dari ajaran islam data nya saya ambil dari sini
1.Aliran Ahmadiyah-Qadiyani itu berkeyakinan bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah Nabi dan Rasul, kemudian barangsiapa yang tidak mempercayainya adalah kafir murtad
2.Ahmadiyah-Qadiyani memang mempunyai Nabi dan Rasul sendiri yaitu Mirza Ghulam Ahmad dari India
3.Ahmadiyah-Qadiyan mempunyai kitab suci sendiri yaitu kitab suci Tadzkirah
4.Kitab suci”Tadzkirah” tersebut adalah kumpulan wahyu yang diturunkan “tuhan” kepada Mirza Ghulam Ahmad yang kesuciannya sama dengan kitab suci Al-Qur’an, karena sama-sama wahyu dari Tuhan, tebalnya lebih tebal dari Al-Qur’an, dan kitab suci Ahmadiyah tersebut ada di kantor LPPI
5.Kalangan Ahmadiyah mempunyai tempat suci tersendiri untuk melakukan ibadah haji yaitu Rabwah dan Qadiyan di India. Mereka mengatakan: “Alangkah celakanya orang yang telah melarang dirinya bersenang-senang dalam haji akbar ke Qadiyan. Haji ke Makkah tanpa haji ke Qadiyan adalah haji yang kering lagi kasar”. Dan selama hidupnya “nabi” Mirza tidak pernah haji ke Makkah
6.Kalau dalam keyakinan umat Islam para nabi dan rasul yang wajib dipercayai hanya 25 orang, dalam ajaran Ahmadiyah Nabi dan Rasul yang wajib dipercayai harus 26 orang, dan Nabi dan Rasul yang ke-26 tersebut adalah “Nabi Mirza Ghulam Ahmad”
7.Dalam ajaran Islam, kitab samawi yang dipercayai ada 4 buah yaitu: Zabur, Taurat, Injil dan Al-Qur’an. Tetapi bagi ajaran Ahmadiyah Qadiyan bahwa kitab suci yang wajib dipercayai harus 5 buah dan kitab suci yang ke-5 adalah kitab suci “Tadzkirah” yang diturunkan kepada “Nabi Mirza Ghulam Ahmad”
8.Orang Ahmadiyah mempunyai perhitungan tanggal, bulan dan tahun sendiri. Nama bulan Ahmadiyah adalah: 1. Suluh 2. Tabligh 3. Aman 4. Syahadah 5. Hijrah 6. Ihsan 7. Wafa 8. Zuhur 9. Tabuk 10. Ikha’ 11. Nubuwah 12. Fatah. Sedang tahunnya adalah Hijri Syamsi yang biasa mereka singkat dengan H.S. Dan tahun Ahmadiyah saat ini adalah tahun 1373 H.S (1994 M atau 1414 H). Kewajiban menggunakan tanggal, bulan dan tahun Ahmadiyah tersendiri tersebut di atas perintah khalifah Ahmadiyah yang kedua yaitu Basyiruddin Mahmud Ahmad
9.Berdasarkan firman “tuhan” yang diterima oleh “nabi” dan “rasul” Ahmadiyah yang terdapat dalam kitab suci “Tadzkirah” yang artinya: “Dialah tuhan yang mengutus rasulnya “Mirza Ghulam Ahmad” dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya atas segala agama-agama semuanya.(“kitab suci Tadzkirah” hal. 621)
Berdasarkan keterangan yang ada dalam kitab suci Ahmadiyah di atas BAHWA AHMADIYAH BUKAN SUATU ALIRAN DALAM ISLAM, TETAPI MERUPAKAN SUATU AGAMA YANG HARUS DIMENANGKAN TERHADAP SEMUA AGAMA-AGAMA LAINNYA TERMASUK AGAMA ISLAM
10.Ahmadiyah mempunyai nabi dan rasul sendiri, kitab suci sendiri, tanggal, bulan dan tahun sendiri, tempat untuk haji sendiri serta khalifah sendiri yang sekarang khalifah yang ke-4 yang bermarkas di Inggris bernama: Thahir Ahmad. Semua anggota Ahmafiyah di seluruh dunia wajib tunduk dan taat tanpa reserve pada perintah dia. Orang di luar Ahmadiyah adalah kafir dan wanita Ahmadiyah haram kawin dengan laki-laki di luar Ahmadiyah. Jika tidak mau menerima Ahmadiyah tentu mengalami kehancuran
11.Berdasarkan “ayat” kitab suci Ahmadiyah “Tadzkirah” bahwa tugas dan fungsi Nabi Muhammad saw sebagai nabi dan rasul yang dijelaskan oleh kitab suci umat Islam Al-Qur’an, dibatalkan dan diganti oleh “nabi” orang Ahmadiyah Mirza Ghulam Ahmad
11.1. Firman “tuhan” dalam “kitab suci” Tadzkirah:
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab suci’Tadzkirah” ini dekat dengan Qadiyan-India. Dan dengan kebenaran Kami menurunkannya dan dengan kebenaran dia turun.” (“kitab suci” Tadzkirah hal.637)
11.2. Firman “tuhan” dalam “kitab suci” Tadzkirah:
Artinya: ”Katakanlah-wahai Mirza Ghulam Ahmad-jika kamu benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah aku”
(“kitab suci” Tadzkirah hal. 630)
11.3.Firman “tuhan” dalam “kitab suci” Tadzkirah
Artinya: “Dan Kami tidak mengutus engkau-wahai Mirza Ghulam Ahmad-kecuali untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam”. (kitab suci “Tadzkirah” hal. 634)
11.4. Firman “tuhan” dalam kitab suci “Tadzkirah”:
Artinya: “Katakan wahai Mirza Ghulam Ahmad-sesungguhnya aku ini manusia biasa seperi kamu, hanya diberi wahyu kepadaku”.(“kitab suci Tadzkirah hal. 633)
11.5. Firman “tuhan” dalam “kitab suci” Tadzkirah:
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu – wahai Mirza Ghulam Ahmad – kebaikan yang banyak” (“kitab suci” Tadzkirah hal.652)
11.6. Firman “tuhan” dalam “kitab suci” Tadzkirah:
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menjadikan engkau – wahai Mirza Ghulam Ahmad – imam bagi seluruh manusia” (“kitab suci” Tadzkirah hal. 630)
11.7. Firman “tuhan” dalam “kitab suci” “Tadzkirah”:
Artinya: “Oh, pemimpin sempurna, engkau – wahai Mirza Ghulam Ahmad – seorang dari rasul, yang menempuh jalan betul, diutus oleh Yang Maha Kuasa, Yang Rahim” (“kitab suci” Tadzkirah hal. 658-659)
11.8. Firman “tuhan” dalam “kitab suci” Tadzkirah:
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya pada malam lailatul qadr” (kitab suci Tadzkirah hal. 519)
11.9. Firman “tuhan” dalam “kitab suci” Tadzkirah:
Artinya: “Dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar tetapi Allah-lah yang melempar. (Tuhan) Yang Maha Pemurah, yang telah mengajarkan Al-Qur’an” (“kitab suci” Tadzkirah hal.620)
kalau menurut temen-temen apakah Ahmadiyah ini sesat atau tidak???
Pertama, menurutku Mahasiswa itu bukan untuk bangsa.
Kedua, Ahmadiyah bukan Islam. Kalau Islam Nabi terakhirnya Muhammad saw. kitab sucinya Alquran.
Rukun Imannya ada 6, Rukun Islamnya 5 , diantaranya percaya kepada kitab2 yang diturunkan kepada Nabi sebelumnya yaitu Zabur, Injil dan Taurat tidak kepada kitab sesudah Alquran.
Ketiga, kalau ada nabi setelah Nabi Muhammad saw dan ada kitab sesudah Alquran, berarti agama Islam ya agama baru, atau agama Ahmadiyah.
Keempat , ngaku Islam koq masih ngaku ada nabi lain , ngaku Islam koq masih percaya ada kitab lain.
———————————————————————————————————–‘
jadi akh ,, kalo mahasiswa bukan untuk bangsa jadi untuk siapa dong,,, kaum imperalis!!..
hehehe salam kenal
ternyata orang-orang bisa saja terpengaruhi, dengan sedikit bumbu-bumbu aroma yang mengatas namakan Nabi atau apa pun.
Dimana letak akan tauhid yang dimilikinya
________________________________________________________________________________________
iya,,, bu laku banget dipasaran ahmadiyah,,, sekarang aja pengikut nya ada sekitar 80.000
Ahmadiyah adalah saudara kita sesama muslim.
Kalau pendapat pak Ressay, saya kurang setuju. Sebaiknya Ahmadiyah menyatakan sebagai agama baru, itu lebih sesuai. Kalau menyatakan diri sebagai Islam, kalimat syahadatnya kan tidak sama. Kalau tidak sama kan bukan islam namanya. Saya pikir begitu…
Kalau Ahmadiyah menyatakan diri sebagai agama baru, saya yakin tidak akan terjadi ribut ribut seperti ini, dan akan dihargai seperti pemeluk agama yang lain.
Ahmadiyah adalah aliran sesat. Dari dalil2 di atas cukup jelas. Silahkan baca:
http://agusnizami.wordpress.com
baca dari sumber yang resmi AHMADIYAH…bukan dari yang tidak resmi…!!!
Ahmadiyah adalah aliran sesat. Dari dalil2 di atas cukup jelas. Silahkan baca:
http://agusnizami.wordpress.com
http://jaimudin.blogspot.com
iya kang resay,, masa kalo islam nabi nya beda, kitab nya beda,,,,
tapi kita harus sama-sama menentang aksi represiv… karena walaupun mereka berbeda keyakinan mereka tetap harus dijamin keselamatan nya
selama ahmadiyah melaksanalan sholat 5 waktu seperti sholat 5 waktu islam, sahadatnya sama dengan Islam dan menghadap kekiblat (kabah/mekah) dan memakan makanan dengan cara islam. Ahmadiyah tidak sesat
ajaran sesat adalah : mengapuskan sholat menambah jumlah sholat, mengurangi sholat, merubah sahadat, sholatnya tidak menghadap kiblat (mekah) dan memakan makanan tidak secara islam
Sesat, karena inti dari Agama Islam 2:
1. Aqidahnya
2. bentuk/kegiatan ibadahnya.
Kalau salah satu dari kedunya tidak terpenuh, maka bukan islam. Ngarti tak?
Aqidah ahmadiyah jelas berbeda dengan yang diwariskan nabi Muhammad SAW.
Percuma shalat, org non muslim juga bisa, percuma syahadat org non muslim juga bisa.
Maka keduanya itu penting dan sempurna kalau keduanya sesuai.
1. Definisi Muslim itu apa?
2. Tunjukkan kepada saya bahwa Nabi Ahmadiyah itu berbeda.
3. Sudah pernahkah Anda diskusi dengan orang Ahmadiyahnya langsung atau Anda semua di sini hanya membeo para ulama yang mana mereka bukanlah Tuhan?
4. Sudahkah Anda membaca dan menghayati surat Al-Fatihah ayat 6-7?
5. Sudahkah Anda membaca dan menghayati surat An-Nahl ayat 125?
wah ini makin nambah pengetahuanku tanks before
Mas ressay kalau anda orang Ahmadiyah kita bukan saudara sesama Muslim tak mau lah aku mendoakan anda , tapi bisa jadi kita saudara sebangsa dan setanah air .
Saya sudah diskusi dengan orang ahmadiyah bersama ustaz Jamaluddin, kami tak pernah membeo yang membeo itu anda koq percaya – percaya nya ada Nabi dan Kitab lain diturunkan kepada selain Nabi Muhammad saw.
Tobat lah kalau masih mengaku Islam.
Terima kasih mas ustadz.
Dan perlu diingat, saya tidak butuh doa Anda.
Dan silakan Anda jawab beberapa pertanyaan saya di atas. silakan minta si ustaz jamaluddin itu untuk menjawabnya. nanti akan saya tanggapi balik. saya tunggu ustadz.
Tambahan satu lagi.
Sekali lagi saya tidak perlu doa Anda.
Anda tidak mau mendoakan saya? Akhirnya saya tahu juga bahwa betapa jauhnya Anda dari Uswatun Hasanah Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wasallam.
Rasulullah saw dilempari orang di Thaif ketika beliau mengajak mereka kepada Islam sampai kakinya berlumuran darah. Ketika malaikat datang kepadanya menawarkan untuk menimpakan gunung di atas orang-orang yang menyerangnya, Nabi hanya berkata: Ya Allah, berilah petunjuk kepada kaumku karena mereka adalah orang-orang yang tidak mengerti.
Dahulu, Nabi Isa as beserta murid-muridnya lewat di depan rombongan pemuda yang ugal-ugalan juga. Mereka bukan saja melakukan tindakan-tindakan maksiat ketika kelompok Nabi Isa datang, mereka juga malah melemparkan batu ke arah Nabi Isa. Nabi Isa berhenti dan memandang mereka untuk kemudian mendoakan kebaikan bagi mereka.
Murid-muridnya bertanya, “Mereka melempari batu ke arahmu tapi mengapa engkau malah membalas dengan doa yang baik?” Nabi Isa menjawab, “Itulah bedanya kita dengan mereka. Mereka kirimkan kepada kita keburukan dan kita kirimkan kepada mereka kebaikan.”
Jadi, telaah ulang lagi pemahaman Anda akan agama.
Dan silakan Anda jawab beberapa pertanyaan saya di atas. silakan minta si ustaz jamaluddin itu untuk menjawabnya. nanti akan saya tanggapi balik. saya tunggu ustadz.
Silahkan anda minta sendiri jawaban nya ke pada ustaz (enggak pakai si) Jamaluddin.
Dekat koq rumahnya di pasar rumput.
Doa Nabi itu beda konteknya , yang perlu ditelaah ulang adalah pemahaman agama anda.
mas resay menurut saya tidak ada yang mendukung ahmadiyah dari 2 surah yang anda maksud,,,
kalo kita lihat bagaimana dulu para sahabat juga berjuang demi kemurnian tauhid,,,
dan masalah ahmadiyah menganggap bahwa MGA sebagai nabi itu bisa kita lihat dalam buku-buku mereka, dan juga buku Tadzkirah nya,,..
dan masalah rasulullah saya mau nanya?
saat itu dakwah masih periode mekah atau madinah??
@Ustadz Imbalo
Padahal selain kepada si Ustadz Jamaluddin itu, saya juga meminta Anda untuk menjawab beberapa pertanyaan saya di atas.
Sanggupkah Anda untuk menjawabya? jika tidak, saya berikan kesempatan Anda untuk bertanya kepada ustadz seluruh dunia.
Ustadz, kalau ngomong “itu beda kontek”, itu mah gampang. anak yang gak sekolah aja bisa. Tapi, sebagai orang yang berani mengatakan bahwa Ahmadiyah itu di luar Islam, harusnya berani juga donk menunjukkan dimana perbedaan konteknya?
Sehingga dari perbedaan yang Anda tunjukkan itu, saya bisa menilai apakah yang layak meninjau ulang pemahaman agamanya itu saya ataukah ustadz imbalo?
@Mahasiswa Untuk Bangsa
Saya tidak perlu komentar Anda itu sekarang. yang sekarang butuhkan, jawaban atas pertanyaanku di atas.
silakan dijawab. baru kemudian kita lanjutkan diskusi ini.
maaf saya tidak akan menjawab pertanyaan Anda karena Anda belum menjawab pertanyaan saya.
mudah khan mas mahasiswa?
tafadhol ustadz.
Mas Ressay kalau anda mau baca saja tulisan diatas yang ditulis Mas Mahasiswa jawabannya sudah ada disitu.
Tak payah lah keseluruh dunia.
hehe…. kunaon atuh mas resay,,, kan emang udah di jawab dari artikel saya yang diatas,,,
saya mau nanya ke mas resay apa argumen anda yang menunjukan bahwa ahmadiyah tidak menganggap MGA sebagai nabi,,,
@ustadz imbalo dan mas mahasiswa (semoga tidak abadi).
Saya rasa Anda-Anda semua untuk melihat lagi tulisan dan melihat lagi pertanyaan saya. Sudahkah tulisan yang copy paste itu menjawab pertanyaan saya.
saya ulangi lagi lah pertanyaan saya:
1. Definisi Muslim itu apa?
2. Tunjukkan kepada saya bahwa Nabi Ahmadiyah itu berbeda.
3. Sudah pernahkah Anda diskusi dengan orang Ahmadiyahnya langsung atau Anda semua di sini hanya membeo para ulama yang mana mereka bukanlah Tuhan?
4. Sudahkah Anda membaca dan menghayati surat Al-Fatihah ayat 6-7?
5. Sudahkah Anda membaca dan menghayati surat An-Nahl ayat 125?
@mahasiswa untuk bangsa
mas, Anda belum menjawab pertanyaan saya.
Saya jadi tertarik nih untuk bertanya lagi. Sudahkah Anda membaca sendiri kitab Tadzkirah itu?
Saya ulangi sekali lagi anda baca Al Quran dan anda baca kitab Tdzkirah itu, hayati sendiri lah.
hehehe,,,, tau deh yang udah di baca kitab tadzkirah nya…
sudah mas saya sudah pernah diskusi ama orang ahmadiyah nya,,,, toh mereka sendiri mengakui MGA itu reinkarnasi isa ama imam mahdi,,,,
“Dialah tuhan yang mengutus rasulnya “Mirza Ghulam Ahmad” dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya atas segala agama-agama semuanya.(“kitab suci Tadzkirah” hal. 621)
tuh kan kitab nya ndiri aja dah bilang,,,,
saya mah juga gak setuju kalo ada tindakan represif untuk umat ahmadiya,,,,
Tetapi tentu namanya kebenaran mah harus tetap ditegakkan
@ustadz imbalo
sekali lagi saya katakan, silakan jawab pertanyaan saya di atas. paham ustadz?
@mahasiswa
sudah baca kitabnya secara langsung mas mahasiswa?
kita tidak berbicara masalah tindakan represif untuk umat ahmadiyah. Tetapi yang saya permasalahkan adalah ketika hak-hak Tuhan untuk menghukumi seseorang sesat, kafir, murtad itu diambil alih oleh manusia-manusia.
Apalagi dilembagakan dalam wadah MUI.
Lebih parah lagi orang yang bilang, “Mereka itu sesat lagi kafir.” itu karena membeo ulama-ulama yang notabene mereka bukanlah Tuhan.
tapi tentu tanpa cara-cara kekerasan,,,,,,
itu mah sama aja ngebuat om wildert tersenyum2 bahwa film nya kayak nya seperti beneran (padahal gak,,, tau sendiri kan kita)
jadi mas di biarin aja lah ya,,,,
mantafff juga tuhh… jadi rasulullah tuh bukan nabi terakhir la ya,,,, wahhh mantafff lah nanti ane juag ngaku2 nabi ah…. kan bisa dapet dana tuh dari Asian Foundation……
lagi-lagi gak jawab pertanyaan. kumaha yeuh?
ari anjeun teh kunaon teu njawab pertanyaan abdi?
Mas, kalau ente ngaku-ngaku dah pernah diskusi dengan ahmadiyah, saya pun sudah pernah berdiskusi dengan mereka. dan mereka tidak menganggap bahwa MGA itu sebaga Nabi.
Dan yang perlu kita perhatikan adalah Ahmadiyah ternyata terdapat 2 jenis.
lalu yang dicap kafir oleh MUI itu yang mana?
iya lahore ama qadiyani,,,
yang di cap kafir yang pake kitab Tadzkirah dan mengimani nya
Mas Mahasiswa kamu malah masuk top post lho
ada pepatah melayu bilang ibarat alu mencungkil duri
Nah, Ahmadiyah yang mana?
lalu bagaimana nasib pertanyaanku? kok tidak kunjung dijawab?
@ustadz imbalo
betul. masuk top post. mantaflah.
gak ngerti saya???? mas imbalo
Agama yang dibawa oleh Nabi kita Muhammad SAW bernama Islam, sedang orang yang memeluk agama Islam disebut Muslim.
Orang bisa disebut Muslim jika ia mengucapkan dua syahadat yaitu : “Asyhadu al-la ilaha illa Allah, wa Asyhadu anna Muhammada (r) Rasulullah”, yang dibarengi dengan keyakinan dalam hati dan melakukannya dalam perbuatan.
(definisi muslim setelah googling,,,,
mas resay ama mas imbalo,,,, saya baru posting post baru,,, ane butuh comment cerdas antum!!
Saya nak pegi Kuala Lumpur dulu, salam
@ustadz imbalo
hati-hati ustadz. salam untuk malaysia.
@mahasiswa
yang dianggap kafir itu ahmadiyah yang mana?
@ustadz imbalo
yupp hati-hati mas
@ressay
yaaa,, yang menganggap MGA nabi terakhir lah,,,,,,, kalo yang nganggap sebagai pembaharu tentu perlu diskusi lebih lanjut…
maksud saya, ahmadiyah apa?
huaaaa mutar2 trus,,, capek aahh…
HIDUP ISLAM YANG RAMAH,
halah, kunaon?
siapa yang ngajak muter-muter. maksudnya ahmadiyah qadiyan atau lahore?
Assalamu’alaikum wr. wb.
Mas-mas yang terhormat…
Jemaat Ahmadiyah Indonesia punya situs resmi kok yakni http://www.ahmadiyya.or.id
Jadi kalau mau tahu segalanya tentang Ahmadiyah langsung kesana aja.
Terima kasih.
Wassalam
Masak ya kelompok ahmadyah ini ngotot ngaku Islam tapi nabi dan kitab sucinya beda. Saya lihat di TV, ternyata mereka gak gentle ya, ngaku Islam, katanya mereka tetap shalat, tapi waktu ditanya Mirza nabi atau bukan, ada yang bungkam, ada yang bilang nabi. Kalo bilang kebebasan beragama, kok kebabalasan. Selama ini gak ada yang melarang bikin atau meyakini agama baru apapun, asal jangan ganggu dan usik agama orang lain. Lucunya, para aktivis ham bilang pelarangan ahmadyah melanggar ham, azyumardi bilang melanggar uud45, lha kalo ngusik dan merusak agama orang lain seperti ahmadiyah ini, kok gak melanggar ham dan uud45. Ulil bilang ulama konyol dan tolol karena keluarin fatwa tsb, lha apa ulil ini gak lebih tolol lagi, apa gak bisa lihat kalo ahmadiyah inilah pelanggar ham dan uud45. Kebebasan pers, ekspresi, ham, atau apapun dalihnya, apa boleh kebebasan itu menghina, ganggu, dan merusak agama orang lain, seperti yang dilakukan kelompok ahmadyah ini? Aneh, kalo orang2 yang menghina Islam, merusak Islam, mereka gak pernah dicap melanggar ham, selau dibela denga dalih kebebasan berpendapat. Tapi kalo umat Islam terganggu dengan hinaan tsb, seperti kartun nabi, video fitna, termasuk kasus ahmadiyah ini, dicap melanggar ham. Jadi kalo ulil ataupun azyumardi rumahnya kerampokan, lalu perampoknya mati di tangan mereka, tapi mereka yang dipenjara karena dituduh melanggar ham perampok tadi.
ressay : Menurut antum dari yang kita bicarain ngalor ngidul menurut antum yang mana…. toh gak masalah mau lahore ato qadiyan… selama mereka mengimani selain alquran atau menambah referensi kitab selain alquran,sunah (dalam hal aqidah,)..
artinya yaa bukan islam…
amirsarifudin:makasih mas
yayat: hmmm menarik2…. kasih alamat blog juga atuh akh…
assalamualaikum wr.wb
ikut nimbrung ya mas-mas….
menurut Q.S AL MAIDAH:3
“Dan telah kusempurnakan Islam bagimu (Muhammad SAW)…”
Nah,,,menurut firman Allah aja udah sempurna koq…ngapain Allah ngutus rasul lagi…(emangnya Allah tu plin-plan,,,???!!!)
ingat ga jamannya khulafaurasyidin,,, ketika Musailamah Al Kazab ngaku2 sbg nabi,,,langsung aja ditumpas oleh para shahabat…???
(jadi wajar dong kalo sekarang kaum ahmadiyah itu ditumpas,,,jelas2 mengakui MGA sbg “nabi”…walaupun bagi mereka sendiri…)
yang telah disempurnakan itu ISLAMnya…bukan umat islam…umat islamnya saling bunuh-membunuh (Irak, Pakistan, Afganistan Mesir, Suria, Libia dll) saling fitnah memfitnah, sesat menyesatkan,
korupsi, merampok, memakan uang riba dan banyak lagi lainnya.
Korupsi, aborsi, Narkoba, Judi, hamil diluar nilah, sesajen DLL
@Mas Mahasiswa
Makanya, saya ingin tanya ke Anda nih yang nampaknya jago banget dalam hal agama sampai2 bisa mengatakan INI SESAT, INI KAFIR, SAYA BENAR…!
Yang mengakui bahwa MGA itu Nabi itu Ahmadiyah yang mana?
Yang mengakui Al-Qur’an bukan kitab sucinya itu Ahmadiyah yang mana?
Dan harus ilmiah. karena saya yakin mahasiswa itu harus ilmiah.
ok?
saya tunggu mas yang menguasai surga.
@Ahmad yang nampaknya ahli dalam agama
saya ingin menantang Anda untuk mencantumkan riwayat lengkap mengenai munculnya Nabi-Nabi Palsu ketika zaman Rasulullah.
Ingat, Nabi palsu itu tidak hanya Musailamah Al-Kazhab. Masih ada beberapa lagi orang yang mengaku Nabi palsu. Silakan Anda kutipkan di sini riwayat lengkapnya, saya siap membedahnya. saya tunggu mas.
lah bukan saya mas,,, kan dah ada tuh di alquran,,,
trus tadzkirah nya sendiri yang bilang kalo MGA nabinya…
jadi kalo menurut mas resay gak ada yang sesat ya…
mas, ente bisa nangkep maksudku kagak?
Ahmadiyah itu khan ada dua, yang Qadiyan dan Lahore?
Nah, antara dua jenis Ahmadiyah itu, manakah yang mempercayai bahwa MGA itu Nabi dan Tadzkirah itu kitab suci mereka (bukan Al-Qur’an)?
hehe,,, kan dah ane bilang di komennt sebelum nya kalo jawaban ntuh….
mas coba antum buktikan kalo ahmadiyah gak menganggap kitab tadkirah ama MGA bukan nabi ama kitab nya,,,, jangan cuma bisa ngebluf doang…
coba lihat dari semua koment antum tuh cuma ngebluf doang,,,
hehehe…terus aja ngajak muter-muter.
mas, Anda belum jawab tuh. saya gak baca komentar Anda yang menjawab pertanyaan saya tuh.
ok deh saya tanya lagi ya mas.
Ahmadiyah mana yang mengakui MGA sebagai Nabi dan Tadzkirah sebagai kitab suci mereka ?
Lahore atau Qodiyan, mas?
wahhh…. coba deh ente dulu,,, ada gak yang ente bisa kemukakan argumen ente…… jangan cuma bisa nanya (dah dijawab,,,, gitu2 juga)
kemukakan argumen ente… (ditantang nih,bisa gak)
ngemeng doank ente,,, argumen ente donk!!
Mas, tolong dnk jawab dulu pertanyaan saya. Lahore atau Qodiyan? Anda ini mahasiswa tho? Seharusnya Anda bisa runut dalam berdiskusi.
Ente tau kagak ptnyku?
Nih aq ulangi,
Ahmadiyah yg mana yg mpercayai MGA sbg Nabi dan Tadzkirah sbg kitab suci? Lahore atau Qadiyan?
G usah muter2, tinggal jawab.
waduh gak berani yaa…. ato emang gak ada argumen… makanya modal tuh jangan kritis doank… cuma bisa ngebluf kan jatohnya….
coba ente kemukakan argumen ente….
Mas, tolonglah Anda itu jawab pertanyaan saya. Baru saya jawab tantangan Anda. Gmn?
kritis banget ya, hati2 lho ntar bisa menyerupai yahudi (QS.Al Baqarah: 67-71)
haha… udah berkali2 saya jawab… maaf kalo jawaban saya tidak bisa memuaskan daya kritis anda….
ayo kemukakan argumen nya
hehehe…aneh. saya belum mendapati jawaban Anda. saya tanya sekali lagi, Qodiyan atau lahore?
jawabannya sebenarnya gampang, di antara dua pilihan itu.
Assalamualaikum wr wb,..
saya mau tanya aja ‘bung ressay,..
klo memang anda mempercayai Nabi Muhammad SAW dan kitab Al’quran sebagai pedoman kaum muslim,…berarti sudah jelas.
karena setelah kitab Alquran tidak ada lagi yang lebih sempurna.
Alquran sudah menjawabnya.
toh gak masalah mau lahore ato qadiyan… selama mereka mengimani selain alquran atau menambah referensi kitab selain alquran,sunah (dalam hal aqidah,)..
artinya yaa bukan islam… ( ini jawaban saya ,,,yang dari kemaren2 sudah saya katakan )
@Mr. Numpang Lewat
Betul saya meyakini keduanya.
@Mahasiswa
Mas sekali lagi saya tekankan, jawaban Anda di atas tidak menjawab pertanyaan saya.
Menurut pemahaman Anda, Ahmadiyah mana yang mengakui MGA itu sebagai Nabi dan Tadzkirah adalah kitab suci mereka? Lahore atau Qadiyan?
Ping-balik: Ahmadiyah dan Pemerintah « Inilah Jalanku
iyaa… makanya itu saya minta maaf tidak bisa memuaskan daya kritis anda… silahkan argumen anda.. tantangan saya
Ahmadiyah dan Pemerintah « Inilah Jalanku: mas resay… kok tantangan saya gak dijawab juga… malah bahas dari segi yang lain lagi… sebenarnya anda tuh mampu gak sih…..
kalo memang anda gak mampu membuktikan argumen anda bahwa ahmadiyah tidak menganggap MGA dan kitab tadzkirah sebagai nabi dan panutan nya… silahkan kita tutup diskusi ini… daripada semakin mempermalukan status intelektual anda…
ok pertanyaannya saya ubah sedikit. Apakah Anda menganggap bahwa Lahore dan Qadiyan itu berkeyakinan MGA itu sebagai Nabi dan Tadzkirah itu kitab suci mereka?
mas mahasiswa, tulisan saya diatas tidak terkait dengan diskusi itu. di weblog, saya lebih senang memandangnya dari sudut pandang yang lain.
jadi, gak usah mempermalukan intelektual saya karena memang saya tidak pernah merasa punya intelektual. saya hanya seorang anak kampung, bocah kecil yang masih bau kencur. Aku layaknya laron kecil yang terbang dari relung-relung gelap kehidupan menuju misykat.
Justru, saya dan beberapa kawan saya heran dengan beberapa tanggapan Anda yang nampaknya sekali menunjukkan ketidakpahaman (kalau tidak dikatakan ketololan) Anda akan Ahmadiyah.
Jadi, sekali lagi, jawab dulu pertanyaan saya.
haaaaaaaaaaaaaaaaaaa…… capek2 …. udah berani ato gak… deal or not deal…
Tolonglah berdiskusi dengan benar kecuali Anda bersedia melepaskan embel2 mahasiswa di weblog Anda ini. sikap anda tidak mencerminkan seorang mahasiswa ideal.
Jadi, kalau masih pingin dicap sebagai mahasiswa, jawab pertanyaan. bukan jawaban yang ngelantyur…Mana Ujyan, gak ada Ojyek, Becyek. Kayak Cinta laura aja.
Buruan jawab…!!
gw udah siap amunisi nih.
sorry bro, salah. hmibecak itu gw. tadi gw lagi pake hmibecak.
eh…ngomong2, buruan donk jawab pertanyaan gw. bisa kagak? kalau emang lo kagak bisa, bilang donk biar gw kasih tau.
sekarang jawab pertanyaan gw:
Apakah Anda menganggap bahwa Ahmadiyah Lahore dan Qadiyan itu mengakui bahwa MGA itu sebagai Nabi dan kitab suci mereka adalah Tadzkirah?
Dear all, kalau pakai logika ajaran Ahmadiaya itu sesat dan menyesatkan tentunya sudah hancur dari dulu, kenyataannya Ahmadiyah sudah ada sekitar satu abad, ALLAH SWT maha tahu segalanya, jadi sekeras apapun usaha manusia untuk menghancurkan Ahmadiyah akan sia2 belaka karena pelindungnya adlah ALLAH SWT amin.
@ressay
bwahaha. udahlah oom.
kenyataannya memang ada kok sebagian mahasiswa yang modal kopipes, skripsi beli, ijazah beli. jadinya ya begini ini.
kalo zaman saya esde dulu sudah ada pilihan ganda a, b, c, d kadang2 sampai e. gampang. tinggal lingkari jawaban yang benar, nggak perlu dijabarin panjang lebar.
lah ini mahasiswa kok parah gini. tinggal milih satu dari dua pilihan kok malah muter kemana-mana. mungkin perlu dikasih pilihan ketiga: ‘bukan salah satu di atas’. 😛
@Bella
logika anda keliru. eksisnya ahmadiyah sampai saat ini bukan ukuran benar dan salahnya apa yang mereka yakini.
ps. agama yahudi itu usianya jauh lebih tua dari islam.
ya sudahlah.
sepanjang yang saya ketahui, Ahmadiyah itu terbagi menjadi dua, Lahore dan Qadiyan. Dan sepanjang yang saya ketahui juga, Qadiyan lah yang dianggap menyimpang oleh MUI (Tuhannya Indonesia).
Kalau Anda ingin mendapatkan informasi mengenai Ahmadiyah Lahore, silakan Anda kunjungi weblog berikut:
http://studiislam.wordpress.com
Semoga bermanfaat.
washallallahu ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad.
Walah…ini kok jadinya malah… berantem sendiri…
pada pulang aja deh sana…
Urusan ini… sebaiknya dikembalikan pada mereka “Ahmadiyah” dan “MUI”…
Saya minta… dua golongan itu… bikin dialog terbuka, berhukumkan Al-Qur’an dan Al Hadist.. disaksikan oleh banyak orang… (catatan… diskusinya gak pake marahan ya…)
Nah… akan jelas… siapa yang ber azaskan Islam sesungguhnya…. dan siapa yang punya “nafsu” tersembunyi….
Selesai diskusi… diambil suatu kesimpulan… terus… salaman… meninggalkan semua kebencian dan saling tuduh…. dibelakang meja diskusi.
Hmmm Indonesia kembali berjaya… Aminb. Insya Allah
Sebaiknya bapak2 yg berdebat di forum ini bermubahalah aja.. karena tak akan selesai2 debatnya. seperti yg sudah dicontohkan oleh MGA (nabinya Ahmadiyah) ketika masih hidup dengan Syaikh Abdul Wafa.
“Di antara yang melawan dakwah Mirza Ghulam Ahmad adalah Syaikh Abdul Wafa’, seorang
pemimpin Jami’ah Ahlul Hadits di India. Beliau mendebat dan mematahkan hujjah Mirza Ghulam Ahmad, menyingkap keburukan yang disembunyikannya, kekufuran serta penyimpangan pengakuannya.
Ketika Mirza Ghulam Ahmad masih juga belum kembali kepada petunjuk kebenaran, Syaikh Abul Wafa’ mengajaknya ber-mubahalah (berdoa bersama), agar Allah mematikan siapa yang berdusta diantara mereka, dan yang benar tetap hidup. Tidak lama setelah bermubahalah, Mirza Ghulam Ahmad menemui ajalnya jam 10.30 tanggal 26 Mei 1908 M akibat teserang penyakit kolera. “
Sejak awal mula sejarah berdiri Ahmadiyah, keterlibatan pihak asing sudah sangat kentara. Penjajah Inggris memang telah memberikan dukungan sepenuhnya kepada gerakan ini di India, serta rela memberikan dana yang tidak terbatas demi tegaknya dakwah Ahmadiyah.
Padahal seluruh ulama di dunia telah bersepakat untuk menyebut bahwa Ahmadiyah bukan bagian dari agama Islam, karena prinsip dasarnya bertentangan dengan akidah Islam. Yang utama karena menjadikan Mirza sebagai nabi dan menerima wahyu.
Namun Ahmadiyah sangat bermanfaat buat penjajah Inggris saat itu, sebab Ahmadiyah akan membuat jihad dan perlawanan umat Islam terhadap Inggris akan mengendor. Dengan keberadaan Ahmadiyah, penjajah tidak perlu lagi capek-capek menghadapi rakyat, biar saja rakyat dilawan oleh rakyat juga.
Inggris cukup mengadu domba sesama bangsa India, sambil memberikan dukungan penuh kepada aliran sesat Ahmadiyah.
Di dalam buku Tabligh-i-risalat, vol. VII halaman 17, Mirza menulis:
“Aku yakin bahwa setelah pengikut-pengikutku bertambah, maka mereka yang percaya pada doktrin jihad akan makin berkurang. Oleh karena menerima aku sebagai Messiah dan Mahdi maka sekaligus berarti taat pada perintahku, yaitu dilarang berjihad terhadap Inggris. Bahkan wajib atas mereka berterima-kasih dan berbakti pada kerajaan itu.”
Jadi sejak awal Ahmadiyah memang alat yang digunakan oleh penjajah Inggris untuk meredam jihad dan perlawanan umat Islam India. Maka kalau sekarang ini Ahmadiyah terkesan dibackingi oleh negara-negara besar, rasanya memang ada benang merahnya.
Sebab buat apa lagi pemerintah merasa takut untuk melarang gerakan Ahmadiyah, kalau bukan karena takut tekanan pihak asing. Pemerintah SBY sekarang ini sudah didukung oleh semua ulama, bahkan Badan Pengawasan Aliran Kepercayaan pun sudah menetapkan bahwa Ahmadiyah itu sesat. Bola sekarang berada di tangan pemerintah.
Logikanya, apa sih susahnya mengeluarkan pengumuman sesatnya Ahmadiyah? Kenapa sebegitu loyo pemerintah untuk melindungi akidah bangsa ini dari paham sesat Ahmadiyah? Jangan-jangan ada apa-apanya.
Maka kalau kita kaitkan dengan keterlibatan penjajah Inggris saat mendirikan Ahmadiyah di India dahulu, rasanya tidak aneh kalau keberadaan Ahmadiyah ini memang didukung oleh kekuatan asing, yang membuat pemerintah kita kelihataan jadi aras-arasan, takut melarang, atau berlagak pilon, atau entah kenapa, yang jelas sikap pemerintah yang plin-plan itu sangat menunjukkan bahwa ada tekanan international dari luar. Entah siapa mereka.
Empat Negara Asing Menekan Indonesia
Dan logika yang kami sebutkan di atas ternyata terbukti. Statemen dari pak Nasarudiin Umar yang menjawab sebagai Dirjen Bimas Islam Departemen Agama secara tegas telah membenarkan teori itu.
“Memang ada empat negara yang mengimbau agar Ahmadiyah tak dibubarkan. Yaitu dari Amerika Serikat, Inggris, Kanada, dan satu lagi saya lupa. Suratnya ditujukan ke Menteri Agama dan ada tembusannya ke saya.” begitu ujar beliau beberapa waktu yang lalu.
Apa yang diungkapkan oleh pak Nasarudin ini sebuah pernyataan jelas dan tanpa malu-malu. Dan semua ini menjelaskan dengan mudah, mengapa sampai hari ini pemerintah masih ’sakit gigi’ untuk melarang Ahmadiyah secara terbuka.
Meski pak Nanasrudin mengatakan bahwa pemerintah tidak terpengaruh dengan tekanan itu, namun yang namanya ancaman tetap saja ada dampak psikologisnya. Semakin lama pemerintah bersikap plin-plan, maka semakin membutikan bahwa tekan asing itu memang ada dan berjalan dengan sangat efektif.
Penjelasan Nasarudin kemudian dikuatka oleh ketua MPR-RI, Dr Hidayat Nur Wahid, MA. Dalam salah satu kesempatan beliau mengatakan bahwa manuver beragam yang dilakukan oleh pihak tertentu yang menggangap pembubaran Ahmadiyah sebagai pelangaran HAM dalam beragama perlu dicurigai, karena dikhawatikan itu salah satu cara-cara yang dilakukan pihak asing untuk merusak kedaulatan Indonesia.
“Yang kita khawatirkan itu cara pihak asing untuk melakukan intervensi terhadap kedaulatan Indonesia, melalui pendanaan kepada LSM yang vokal terhadap isu HAM, “ujarnya.
Pemerintah Wajib Melindungi Umat Islam
Padahal seharusnya pemerintah memikirkan nasib 200 juta umat Islam di negeri ini yang agamanya dirusak, diobok-obok, dihina dan dilecehkan oleh kekuatan asing yang anti Islam itu.
Atau jangan-jangan, memang ditunda-tundanya pelarangan itu disengaja untuk memancing terjadinya tindak anarkhi berikutnya. Tujuannya agar stigma bahwa di Indonesia ada Islam ekstrem semakin laku didagangkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan di dunia internasional.
Mirza Ghulam Ahmad: Tipikal Kaki Tangan Penjajah
Sosok Mira Ghulam Ahmad ternyata tipikal seorang yang menjilat kepada pemerintah penjajah Inggris. Kita bisa membuktikan dari tulisan-tulisannya yang menunjukkan kesetiaan, ketundukan serta penyerahan diri totalnya kepada sang penjajah.
Padahal dunia tahu bahwa Inggris tidak lain hanyalah penjajah, yang datang ke India untuk merampas negeri, mengangkangi sekian banyak asset-asset negeri itu, melebarkan kekuasaan serta menjadikan kemuliaan penduduk India menjadi kehinaan.
Namun seorang Mirza malah berpihak kepada penjajah dan tega mengkhianati saudara sebangsanya sendiri. Dia adalah seorang kaki tangan penjajah, yang merelakan dirinya dijadikan alat untuk merobohkan kemuliaan bangsa India. Dalam beberapa bukunya, kita bisa melihat bagaimana sesungguhnya sikapnya kepada Inggris.
Sebagian besar perjalanan hidupku ialah mendukung dan membela pemerintah Inggris… Saya selalu menganjurkan agar setiap Muslim haruslah menjadi pengabdi pada pemerintah ini, dan sanubari mereka janganlah ada sedikitpun niat meniru-niru perbuatan menumpah- numpahkan darah oleh Imam Mahdi atau Messiah yang begitu fanatik memberi ajaran-ajaran bodoh dan sempit.” (Lihat Tiryacal-Qulub halaman 15 blirza)
Di lain tulisan, dia juga mengatakan bahwa bangsa India seharusnya berterima kasih kepada penjajah Inggris
“Sesungguhnya tidak menyempurnakan hak atau tidak berterima kasih kamu pada Inggris berarti tidak menyempurnakan hak atau tidak berterima-kasih kamu kepada ALLAH.” (Lihat At-Tabligh halaman 41)
Maka sebaiknya pemerintah kita ini segara sadar dan tahu diri, tidak ada gunanya selalu mengikuti kemauan asing. Kenapa sih tidak sekali-sekali mandiri dan punya harga diri.
Jangan mau hanya dijadikan hewan sirkus yang ditabuhi genderang, lalu berjoget mengikuti irama buatan penjajah. Kita sudah merdeka sejak tahun 1945, tapi kenapa mental terjajahnya masih saja melekat. Apakah karena kita terlalu lama dijajah Belanda?
Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Wah, debat yg menarik. Saya setuju usul mengenai adanya dialog terbuka, sehingga masyarakat umum jg bisa ikut menilai, bukan hanya terpaku pada aturan pemerintah saja, saatnya lebih mencerdaskan bangsa ini.
Saya sedikit mencoba meralat tulisan di atas, setahu saya dlm Islam, jumlah nabi tidak hanya 25 saja tp ada ribuan, dan rasul ada ratusan, jumlah pastinya saya kurang tahu, hanya saja yg wajib diketahui memang ada 25.
Tp klo melihat dlm Ahmadiyah terdapat Rasul dan Kitab suci sendiri, ini merupakan tanda2 pembentukan agama baru.
Bukankah turunnya Rasul dgn Kitab Baru yg dibawanya itu berarti mematahkan ajaran dr Rasul dan Kitab sebelumnya krn kitab yg lama dianggap sudah tidak berlaku. Sepertihalnya datangnya Nabi Muhammad dan Al-Quran yg diturunkan untuk semua umat manusia telah mematahkan ajaran dlm kitab2 sebelumnya, dan menjadikan kitab2 seblumnya hanya perlu di-imani saja.
Apalagi jika dlm kitab “Tadzkirah” sendiri menegaskan: “Dialah tuhan yang mengutus rasulnya “Mirza Ghulam Ahmad” dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya atas segala agama-agama semuanya.(“kitab suci Tadzkirah” hal. 621), jelas kan kalau ini menunjukkan bahwa kitab tersebut menganggap bahwa agama yg dibawa
Mirza Ghulam Ahmad adalah agama yg benar dibandingkan semua agama yg lain (termasuk Islam)
Dengan dasar itu menurut saya sebaiknya Ahmadiyah tidak menyebut dirinya sebagai Islam lagi, supaya tidak ada kebingungan di masyarakat. Bukankah di Pakistan, Ahmadiyah menyatakan dirinya lepas dr Islam.
Saya harap pemerintah segera bertindak,melakukan dialog terbuka,supaya masyakarat menjadi jelas, supaya semua pihak menjadi jelas, termasuk saya.
ass… mohon kita tunggu SKB nya keluar dulu… baru kita lanjutkan diskusi tentang ahmadiyah nya/…
malas ,,, konflik horizontal kalo seperti ini
okey
Salam
hahahaha.. kok jadi pada berantem si akh, peace dong, kalau menurut gw sie ajaran or sekte, aliran atau apapun lah namanya jika menyimpang dari akidah islam yang bener, layakkah dikatakan tidak sesat ??? simple kan bro… 🙂
btw lam kenal aja
Ehm, payah nih yg empunya blog, di tanya koq jwbnny malah muter2 mulu…fiyuuuuhhh…
Sbnrny yg muter2 itu anda tuh bung, bukannya mas ressay…
keep peace, buat mas MUB and mas ressay, olrait1 😉
hahaha…. kalo gitu dibaca lg baek2 dari awal mas… kalo perlu keluarin argumen nya jangan cuma kayak pemandu sorak aja
dipoin 4. tertulis “kitab suci “Tadzkirah” adalah kumpulan wahyu———— ——- ——- dan kitab suci ahmadiyah tersebut ada di kantor LPPI.
kitab suci itu harus adanya di kantor Ahmadiyah, bukanya ada di kantor LPPI, ini mah propagandanya LPPI aja bawah “Tadzkirah” yg dikantornya asli tapi pada hal ASPAL.
@Nux17
Bukankah turunnya Rasul dgn Kitab Baru yg dibawanya itu berarti mematahkan ajaran dr Rasul dan Kitab sebelumnya krn kitab yg lama dianggap sudah tidak berlaku. Sepertihalnya datangnya Nabi Muhammad dan Al-Quran yg diturunkan untuk semua umat manusia telah mematahkan ajaran dlm kitab2 sebelumnya, dan menjadikan kitab2 seblumnya hanya perlu di-imani saja.
=======================================
Setahu saya ya, kita-kitab sebelum Al-Qur’an itu di turunkan kepada suku-suku, saya tidak tahu zabur, tetapi Taurat dan Injil di turunkan kepada kamu yahudi, injil di turunakan karena orang-orang yahudi telah meninggalkan taurat, dan mungkin textnya juga sudah berubah, sedangkan Al-Qur’an sendiri diturunakan untuk semua umat manusia, bukan per-suku lagi, dan juga karena mungkin kitap-kitap sebelumnya tidak mempunyai text asli lagi atau dengan kata lain udah ada campur tangan manusia.
dan seperti janji ALLAH SWT Al-Qur’an akan di jaga kemurniannya sepanjang masa.
berkaitan dengan Ahmadiya, setahu saja sepanjang browsing, yang lahore hanya menganggap Mirza sebagai Mujahidin, sedangkan Qadiyan menganggapnya sebagai nabi. jadi selaku umat Islam kita pasti punya persepsi yang sama bahwa Muhammad Adalah Nabi dan Rasul terakhir. dan Ahmadiyah Qadiyan tidak sesuai dengan Islam. tetapi seperti yang dikatakan empu blog, jika Ahmadiyah Lahore perindividu mengatakan bahwah Mirza adalah nabi dia juga melenceng dari Al-Qur’an.
seperti kata saudara Armadiyah, dan sepanjang saya baca(di internet tapi lupa nama sitenya, *jadi gak kuat nie*) bahwa ajaran Mirza itu sepertinya melenceng dari Al-Qur’an dan Mirza sendiri pernah mengatakan dirinya sendiri adalah seorang nabi. tetapi ini hanya dari bacaan, dan saya tidak baca langsung kita mereka.
begitu menurut saya dari hasil terawang di internet. mohon diberi pencerahannya.
Salam kenal kepada Empu Blog dan
Salam Damai dan diberikan kesehatan.
@Nux17
Bukankah turunnya Rasul dgn Kitab Baru yg dibawanya itu berarti mematahkan ajaran dr Rasul dan Kitab sebelumnya krn kitab yg lama dianggap sudah tidak berlaku. Sepertihalnya datangnya Nabi Muhammad dan Al-Quran yg diturunkan untuk semua umat manusia telah mematahkan ajaran dlm kitab2 sebelumnya, dan menjadikan kitab2 seblumnya hanya perlu di-imani saja.
=======================================
Setahu saya ya, kita-kitab sebelum Al-Qur’an itu di turunkan kepada suku-suku. saya tidak tahu zabur untuk kaum apa, tetapi Taurat dan Injil di turunkan kepada kaum yahudi, injil di turunakan karena orang-orang yahudi telah meninggalkan taurat, dan mungkin textnya taurat juga sudah berubah, sedangkan Al-Qur’an sendiri diturunkan untuk semua umat manusia, bukan per-suku lagi, dan juga karena mungkin kitap-kitap sebelumnya tidak mempunyai text asli lagi atau dengan kata lain udah ada campur tangan manusia.
dan seperti janji ALLAH SWT Al-Qur’an akan di jaga kemurniannya sepanjang masa.
tetapi itu hanya pendapat saya pribadi, mohon dibetulkan jika salah, saya hanya orang biasa yang mencoba menshare pendapat saja.
======================================
berkaitan dengan Ahmadiya, setahu saja sepanjang browsing, yang lahore hanya menganggap Mirza sebagai Mujahidin, sedangkan Qadiyan menganggapnya sebagai nabi. Selaku umat Islam kita pasti punya persepsi yang sama bahwa Muhammad Adalah Nabi dan Rasul terakhir. dan Ahmadiyah Qadiyan tidak sesuai dengan ajaran Islam untuk masalah rasul dan nabi tadi.
tetapi seperti yang dikatakan empu blog, jika Ahmadiyah Lahore perindividu mengatakan bahwah Mirza adalah nabi dia juga melenceng dari Islam.
seperti kata saudara Armadiyah, dan sepanjang saya baca(di internet tapi lupa nama site-nya, *jadi gak kuat nie*) bahwa ajaran Mirza itu sepertinya melenceng dari Al-Qur’an dan Mirza sendiri pernah mengatakan dirinya sendiri adalah seorang nabi sehingga Ahmadiyah Lahore patut di kaji lagi.
tetapi ini hanya dari bacaan di internet, dan pendapat pribadi saya, klo saya salah tentang Ahmadiya dan Mirza tolong dibetulkan.
Salam kenal kepada Empu Blog dan teman-teman yang lain dan juga
Salam Damai selalu.
Ahmadiyah secara dasar tauhid sesat, baik qadian maupun lahore, cuman beda kadar aja kalo lahore cuman sesat kalo qadian bukan Islam tapi pada intinya mereka sama, om resaay dah baca kisah Mirza ghulam di website resmi ahamdiyah yang di inggris dimana mirza meproklamirkan dirinya sebagai Imam mahdi dan seorang mesiah dab mengklaim mendapatkan wahyu (kalo dalam islam yang bisa mendapatkan wahyu cuman nabi dan orang biasa disebut Ilham, ini aja dah menunjukan bahwa Mirza menanggap dirinya nabi ), dan penyebutah Khalifah ahmadiyah yang menggunakan label as (allaihisallam dimana gelar itu hanya dapat digunakan oleh rasul dan keluarga rasullulah Muhamad dimana kita diwajibkan bersalawat kepada mereka ) ini dah menunjukan bahwa Miraza mengklaim dirinya sebagai rasull hal ini juga disebabkan semua khalifah Ahmadiyah adalah keturunan Mirza, Mirza juga mengklaim nabi Isa wafat dan makamnya di india silahkan buka website resmi ahamdiyah international itu aja dah bertentangan denga Al-quran, jika kita mau tau islam yang benar itu kayak apa ikuti aja yang dilakukan oleh Rasull sahabatnya dan Tabiin dan Tabitabiin mereka itu disebut salafus as-sallih nabi. dan harus di ingat dalam ottobiografi Mirza dia sangat memuji kerajaan inggris raya sebagai negara pembebas
Katahuilah, jika nanti Ahmadiyah lenyap dari muka bumi, akan lahir kembali Al Masih, Nabi berikutnya….
Di saat itu, orang Ahmadiyah dan orang Islam akan kebingungan….
Politik Internasional Ahmadiyah, edisi kedua (Plan B) setelah Wahabiyah tak cukup kuat? Wahabiyah yang dulu didanai oleh Inggris.
Sekarang, Oerang2 Ahmadiyah yang terusir dari negara2 Islam, banyak mendapat suaka politik dari negara2 Barat, dengan perlindungan penuh!
Masihkah mereka memiliki Plan C, setelah ini….?
Tunggu saja….
Jangan salahkan pemerinta kita sekarang. Pemerintah telah mengambil tindakan yang cukup bagus, dengan bertimbang dengan Para Kyai Sepuh. Jika kita lawan orang2 Ahmadiyah di Indonesia, toh mereka orang2 kita sendiri.
Pemerintah harus cerdas dalam berpolitik!
Jangan gegabah, main pukul! Sekarang bukan jamannya. Jika salah langkah, kerugian besar menimpa negeri kita, toh Orang2 Islam juga yang rugi.
Kita, yang orang bawah (rakyat) bantu negeri ini dengan doa yang baik untuk kebaikan negeri dan bangsa, dan rakyat negeri.
Saya, saat ini berada di negara Barat, dan saya bertemu dengan Tokoh Ahmadiyah Internasional yang mendapat perlindungan Politik. Allah yang membimbing kami, berkat doa dari Para Ummat Islam yang berdoà untuk kebaikan negeri dan Islam.
Lihat sejarah! Background mereka! baik Wahabiyah, berdirinya Arabsaudi, maupun Ahmadiyah…..
Semoga jawaban ini membawa kebaikan untuk kita semua….
Al-Masih
Khayangan….
PERSOALAN TADZKIRAH
M.A. Suryawan
Pendahuluan
Kutipan-kutipan dari buku Tadzkirah yang dilakukan oleh pihak
penentang demi untuk mendiskreditkan Hz. Mirza Ghulam Ahmad a.s. dan
Jemaat Ahmadiyah bukanlah berasal dari terjemahan resmi yang dimiliki
oleh Ahmadiyah, tetapi kutipan terjemahan itu adalah hasil metode
mutilasi, pemaksaan dan rekayasa teks dari literatur milik Jemaat
Ahmadiyah, sehingga arti dan makna sejatinya menjadi hilang dan
penjelasan dari Mirza Ghulam Ahmad a.s. yang seharusnya ditampilkan,
juga telah disembunyikan oleh para penentang.
Sebagai catatan: Metode yang dilakukan oleh pihak penentang tidak ada
bedanya dengan metode yang dilakukan oleh para orientalis (Yahudi &
Kristen) dan Salman Rushdie, demi tujuan untuk mendiskreditkan pribadi
Nabi Muhammad s.a.w. khususnya dan Islam pada umumnya.
Dibawah ini saya sampaikan penjelasan “kutipan-kutipan” dari Kitab
Tadzkirah dan usaha pendiskreditan pribadi Hz. Ahmad a.s.
Tuduhan 1:
Kitab Tadzkirah adalah kitab sucinya Ahmadiyah karena di halaman depan
kitab itu tertulis “wahyu muqaddas” (wahyu suci), dan karena dalam
kitab ini banyak memuat wahyu-wahyu suci dari Allah yang diterima oleh
Mirza Ghulam Ahmad dan wahyu-wahyu suci itu kemudian dikumpulkan
menjadi sebuah kitab, maka Tadzkirah memang layak dinamakan sebagai
Kitab Suci, dan kalau tidak dikumpulkan menjadi sebuah kitab maka
wahyu-wahyu itu tidaklah suci.
Jawaban:
Memang benar pada halaman pertama Kitab (Buku) Tadzkirah terdapat
tulisan “wahyu muqaddas” dan setiap Muslim yang suka belajar mengerti
bahwa semua wahyu yang berasal dari Allah Ta’ala adalah wahyu muqaddas
(wahyu suci). Wahyu dari Allah yang diterima oleh para nabi adalah
wahyu suci. Wahyu dari Allah yang diterima oleh perempuan (Siti Maryam
dan ibundanya Nabi Musa a.s.) adalah wahyu suci. Wahyu dari Allah yang
diterima oleh laki-laki yang bukan nabi (para sahabat Nabi Isa a.s.)
adalah wahyu suci. Wahyu dari Allah yang diterima oleh binatang
(Lebah) adalah wahyu suci. Wahyu dari Allah yang diterima oleh para
wali (Imam Syaafi’i r.h., Imam Ahmad bin Hanbal r.h., Syekh Muhyiddin
ibn Arabi r.h., Syekh Abdul Qadir al-Jaelani r.h., dan lain-lain)
adalah wahyu suci. Demikian pula dengan wahyu dari Allah Ta’ala yang
diterima oleh Mirza Ghulam Ahmad a.s. adalah wahyu suci. Semua wahyu
dari Allah Ta’ala kepada hamba yang dikehendaki-Nya tidak akan pernah
berhenti, karena Allah adalah Mutakallim (Maha Berkata-kata).
Karena para penentang berusaha mengatakan bahwa wahyu-wahyu suci
(wahyu muqaddas) yang diterima oleh Mirza Ghulam Ahmad dan kemudian
dikumpulkan dalam suatu buku (Buku Tadzkirah) harus dinamakan sebagai
kitab suci, dan jika tidak dinamakan sebagai kitab suci, maka
wahyu-wahyu itu tidak suci.
Logika keliru seperti itu jelas timbul dari kurangnya pengetahuan dan
bertentangan dengan fakta yang ada. Hz. Sayyidina Rasulullah s.a.w.
banyak menerima wahyu-wahyu suci (wahyu muqaddas) dari Allah Ta’ala
yang kemudian dikumpulkan dalam suatu buku namun TIDAK dinamakan
sebagai KITAB SUCI oleh umat Islam. Wahyu-wahyu suci itu dikenal
dengan nama HADITS QUDSI (Hadits Suci), dan wahyu-wahyu suci itu
bukanlah bagian dari Al-Qur’an.
Apakah para penentang itu berani mengatakan wahyu-wahyu suci (Hadits
Qudsi) yang diterima oleh Rasulullah s.a.w. dan dikumpulkan oleh
orang-orang Islam ke dalam suatu buku kemudian dinamakan sebagai KITAB
SUCI?
Tentu jawaban mereka adalah: “Ya, Hadits Qudsi bukanlah kitab suci…”
Demikian pula jawaban soal Tadzkirah, bagi Jemaat Ahmadiyah kitab
Tadzkirah bukanlah Kitab Suci dan kitab sucinya Jemaat Ahmadiyah
adalah Al-Qur’an, dan yang terus berusaha memfitnah dengan mengatakan
Tadzkirah sebagai kitab sucinya Ahmadiyah adalah para penentang Ahmadiyah.
Tuduhan 2:
Telah dinyatakan dalam wahyu yang diterima Mirza Ghulam Ahmad bahwa
kitab suci Tadzkirah diturunkan dekat Qadian. “Sesungguhnya Kami telah
menurunkan kitab suci “Tadzkirah” ini dekat dengan Qadiyan-India. Dan
dengan kebenaran Kami menurunkannya dan dengan kebenaran dia turun.”
(“kitab suci” Tadzkirah hal.637).”
Jawaban:
Kutipan yang ditampilkan adalah kutipan terjemahan wahyu yang telah
dimanipulasi dan dipelintir.
Ini wahyunya dalam bahasa aslinya: “Inna anzalnaahu qaryban-minal
Qaadiyaan…” (Izala Auham, hlm. 76-77) [“Sesungguhnya Kami telah
menurunkannya dekat dengan Qadian…”]
Tidak ada kata “KITAB SUCI”, tidak ada kata “Tadzkirah” dan tidak ada
kata “India” di dalam redaksi aslinya. Kata ganti orang “hu” (-nya)
dalam ‘anzalnaahu’ adalah tertuju kepada Imam Mahdi (Hz. Mirza Ghulam
Ahmad) bukan kepada Tadzkirah.
Jadi, bukan kitab Tadzkirah yang diturunkan dekat Qadian, tetapi Mirza
Ghulam Ahmad sebagai Imam Mahdi/Masih Mau’ud a.s., seorang utusan
Allah, yang diturunkan dekat Qadian.
Beliau a.s. selanjutnya menjelaskan: “Rujukan kepada Qadian dalam
wahyu itu mengindikasikan bahwa kehadiranku di Qadian telah
diberitakan dalam wahyu-wahyu sebelumnya…” (Izala Auham, hlm. 73-75
catatab kaki)
Tuduhan 3:
Jemaat Ahmadiyah telah melakukan pembajakan Al-Qur’an adalah sebuah
tuduhan yang mengada-ada dan jelas tanpa bukti yang dapat
dipertanggungjawabkan. Tuduhan itu didasarkan pada perkataan bahwa
orang Ahmadiyah mempunyai kitab suci sendiri yang bernama Tadzkirah.
Jawaban:
Tidak diragukan lagi bagi Jemaat Ahmadiyah bahwa tidak ada kitab suci
lain kecuali Al-Qur’an, dan nama Tadzkirah yang disebut-sebut sebagai
kitab suci baru muncul sekitar tahun 1992 ketika salah seorang penulis
buku yang terbit di Indonesia yaitu M. Amin Djamaluddin mengarang buku
berjudul Ahmadiyah & Pembajakan Al-Qur’an. Jadi, istilah kitab suci
yang melekat pada buku Tadzkirah memang diciptakan oleh M. Amin
Djamaluddin (Ketua LPPI), bukan oleh Jemaat Ahmadiyah.
Di dalam literatur-literatur Ahmadiyah apa pun, sejak masa hidup Hz.
Mirza Ghulam Ahmad a.s. (1835-1908) sampai dengan hari ini, tidak
pernah ditemukan istilah kitab suci untuk Tadzkirah.
Ayat-ayat al-Qur’an adalah milik Allah Ta’ala, bukan milik M. Amin
Djamaluddin dan kroni-kroninya, sehingga jika ada beberapa wahyu yang
beliau terima merupakan pengulangan dari ayat-ayat suci Al-Qur’an. Hal
tersebut dimaksudkan sebagai penekanan pada beberapa segi konotasi
ayat-ayat tertentu dan penerapannya pada situasi tertentu. Dengan
adanya beberapa wahyu yang sama redaksinya dengan ayat suci Al-Qur’an
serta diulang-ulang, bukanlah pilihan dan keinginan dari Hz. Mirza
Ghulam Ahmad a.s. sebagai penerima wahyu, namun hal itu semata-mata
merupakan kehendak dari Allah Ta’ala sebagai Pemberi Wahyu.
Jadi, jika tuduhannya adalah membajak ayat-ayat suci Al-Qur’an, maka
tuduhan itu tidak ada dasarnya sama sekali, sebab dapat kita temukan
juga `pembajakan’ serta pengulangan-pengulangan ayat-ayat Al-Qur’an
dalam kehidupan sehari-hari.
Contohnya adalah pengutipan ayat-ayat Qur’an dalam ceramah-ceramah dan
juga dalam tulisan di berbagai macam buku. Orang-orang yang mengutip
ayat-ayat suci Al-Qur’an itu juga dapat dikatakan telah membajak kitab
suci Al-Qur’an dengan menurutkan tuduhan para penentang Ahmadiyah,
sebab mereka tidak meminta izin dari Pemilik Al-Qur’an yaitu Allah
Ta’ala untuk mengutip isi Al-Qur’an.
Bahkan dalam Al-Qur’an Karim juga dapat kita temukan kesamaan dengan
kitab-kitab suci terdahulu sebelum lahirnya Al-Qur’an. Kalau begitu
keadaannya, apakah kita punya keberanian untuk mengatakan bahwa Islam
telah mengacak-acak dan membajak isi dari kitab-kitab sebelumnya
seperti Taurat dan Injil karena ada beberapa ayat dalam Al-Qur’an
Karim yang merupakan pengulangan dari kedua kitab tersebut?
“Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Hai kaumku,…” (61: 6)
“Dan (ingatlah) ketika Isa Putra Maryam berkata: “Hai Bani Israil,…”
(61: 7)
Apakah kita mau mengatakan bahwa, na’udzubillahii min dzalik,
Rasululah Muhammad s.a.w. telah membajak perkataan nabi-nabi
sebelumnya? Demikian pula halnya dengan kisah-kisah yang terdapat
dalam Taurat juga ada di dalam Al-Qur’an, apakah kita juga ingin
mengatakan bahwa Al-Qur’an telah menyadur dan membajak isi Taurat?
Bahkan ahl-kitab (Yahudi dan Nasrani) mengatakan bahwa banyak ayat
Al-Qur’an yang diambil dari Alkitab (Bible). Dengan kata lain, dapat
pula orang Islam dituduhkan telah membajak isi Alkitab mereka. Apakah
kita sanggup menerima tuduhan ini dengan lapang dada? Tentu tidak.
Tuduhan 4:
Mirza Ghulam Ahmad mengaku jadi Tuhan. “I saw in my dream that I am
Allah and I believed, no doubt I am the one who created the heaven.”
(Aina-e-Kamalat, p.564). [Kulihat dalam mimpiku bahwa diriku adalah
Allah dan saya yakin tidak ragu bahwa saya adalah Allah yang mencipta
langit]
Jawaban:
Tulisan tersebut adalah hasil olah metode mutilasi dan rekayasa.
Berikut adalah redaksi lengkapnya dengan terjemahan resmi berbahasa
Inggris dari Ahmadiyah:
“In a vision I saw that I myself was God and believed myself to be
such. I felt that I had no will or thought or action of my own left,
and that I had become like something which was being completely
overpowered by something else that had absorbed me wholly so that my
own being had completely disappeared. I saw the divine spirit envelop
my soul and covering my body hide me completely in itself so that not
a particle of me remained. I beheld myself as if all my limbs had
become His, my eyes had become His eyes, my ears had become His ears
and my tongue had become His tongue. My Lord seized me with such great
force that I disappeared in Him and I felt that His power was surging
in me and that His divinity was coursing through me. The Lord of honor
then set His camp around my heart and the Lord of power ground down my
soul so that there was no more of me nor any desire of mine left. My
whole structure was demolished and only the structure of the Lord of
the universe remained visible. The Divine overcame me with such force
that I was drawn to Him from the hair of my head to the nails of my
toes. Then I became all spirit which had no body and became an oil
which had no dregs. I was separated completely from my ego and I
became like something which was not visible or like a drop which had
become merged in the ocean so that the ocean comprehended it in its
vastness. I no longer knew what I had been before nor what my being
was. Divinity coursed through my veins and muscles. I was completely
lost to myself and God Almighty employed my limbs for His purpose and
took possession of me with such force that nothing exceeded it. By
this seizure I became non existent. I believed that my limbs had
become God’s limbs and I imagined that I had discarded my own being
and had departed from my existence, and that no associate or claimant
had remained as an obstruction. God Almighty entered wholly into my
being and my anger and my gentleness, and my bitterness and my
sweetness and my movement and my inertness all became His. In this
condition I said: I desire a new universe, a new heaven and a new
earth…”
[Terjemahan bebas: “Dalam sebuah kasyaf saya melihat diriku menjadi
Tuhan dan percaya diriku menjadi seperti itu. Saya merasa bahwa saya
tidak lagi memiliki keinginan atau pemikiran atau tindakan dari diri
saya sendiri, dan karenanya saya menjadi seperti sesuatu yang
benar-benar sedang dipengaruhi oleh sesuatu yang lain yang telah
menarik saya seutuhnya sehingga diri saya benar-benar menjadi sirna.
Saya melihat spirit ketuhanan membungkus jiwaku dan menutupi jasadku
benar-benar tersembunyi di dalamnya sehingga tidak tersisa sebuah
partikel pun dari diriku. Saya melihat diri saya seolah-olah semua
anggota jasad saya menjadi diri-Nya, mataku menjadi mata-Nya,
telingaku menjadi telinga-Nya, lidahku menjadi lidah-Nya. Tuhan saya
menggunakan saya dengan kekuatan yang besar itu sehingga saya sirna di
dalam diri-Nya dan saya merasa kekuatan-Nya bergelora dalam diriku dan
sifat ketuhanan-Nya mengalir melewatiku…Tuhan Yang Maha Perkasa masuk
seutuhnya ke dalam diriku dan kemarahanku dan kelemah-lembutanku, dan
kebencianku dan keramahanku dan gerakanku dan ketakberdayaanku – semua
menjadi Dia. Dalam keadaan ini saya katakan: Saya menginginkan sebuah
semesta baru, sebuah langit baru dan sebuah bumi baru…”] (Kitabul-
Bariyya, pp. 78-79)
“It was conveyed to me when God Almighty determines to create a man He
creates the heaven and the earth and all which is necessary in six
days and creates Adam towards the end of the sixth day. This is His
settled way. It was also conveyed to me that the creation of a new
heaven and a new earth which I saw in my vision indicated heavenly and
earthly support and provision of appropriate means for the achievement
of the true purpose and the bringing into being of people with natures
fitted to make them righteous. It was also conveyed to me that God
commands everyone with the appropriate nature to become ready to help
His servant and run to him.”
[Terjemahan bebas: “Telah disampaikan kepadaku, ketika Tuhan Yang
Maha Perkasa menetapkan untuk menciptakan manusia, Dia menciptakan
langit dan bumi dan semua yang diperlukan dalam enam hari dan
menciptakan Adam pada akhir hari ke enam. Inilah cara penyelesaian
penciptaan-Nya. Hal itu juga disampaikan kepadaku bahwa penciptaan
sebuah langit baru dan bumi baru yang saya lihat dalam kasyaf
mengindikasikan dukungan langit dan bumi …”] (Ayena Kamalat-e-Islam,
pp. 554-556)
Pemandangan yang dilihat dalam mimpi dan kemudian mimpi itu dianggap
sebagai suatu kejadian lahiriyah adalah suatu ketunaan ilmu. Dalam
kitab Ta’tirul-Anam fi Ta’biril-Manam hlm. 9, sebuah kitab yang
terbaik dalam tafsir mimpi karya Allamah Sayyid Abdul Ghani An-Nablusi
menjelaskan:
“Seseorang yang melihat dalam mimpi bahwa ia seolah-olah menjadi
Tuhan, maka artinya ialah Allah subhanahu wa ta’ala akan segera
menyampaikannya ke jalan yang benar.”
Jadi, mimpi Hz. Ahmad a.s. itu mengandung arti seperti keterangan
tersebut, sehingga Hz. Ahmad itu bukanlah Tuhan.
Makna mimpi Hz. Ahmad a.s. itu senada dengan makna mimpi Nabi Yusuf a.s.
Hz. Yusuf a.s. bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan
yang semuanya bersujud kepadanya (QS. 12:4). Bukankah bintang,
matahari dan bulan adalah ciptaan Tuhan? Bukankah semua ciptaan Tuhan
harus bersujud kepada Tuhan? Apakah kemudian para penentang itu berani
mengkritik dan mengatakan bahwa Hz. Yusuf adalah Tuhan?
Jadi, pada ayat selanjutnya yaitu QS. 12:6 – sesuai dengan keterangan
Sayyid Abdul Ghani di atas – setelah mimpinya itu Allah kemudian
menegaskan bahwa Hz. Yusuf akan mendapatkan jalan yang benar, yaitu
Allah memilih Yusuf sebagai nabi/rasul-Nya dan diajarkannya ta’bir
mimpi-mimpi dan disempurnakan ni’mat-Nya kepada Yusuf.
Demikian pula Hz. Mirza Ghulam Ahmad telah diajarkan oleh Allah
mengenai mengenai ta’bir mimpinya itu, beliau menjelaskan:
“Kami tidak memaknakan peristiwa itu sebagaimana yang dimaknakan dalam
kitab-kitab para pengikut wahdatul wujud [berpaham aku sendiri adalah
Tuhan], dan kami tidak memaknakan hal itu seperti pendapat para
Hululiyin [berpaham Tuhan menitis dalam diriku], bahkan peristiwa itu
sesuai dengan Hadits Bukhari tentang penjelasan martabat hamba-hamba
Allah yang shaleh yang berusaha mendekatkan diri kepada Allah
subhanahu wa ta’ala dengan melakukan ibadah nafal.”
Hadits Bukhari yang dimaksud adalah:
“Seorang hamba-Ku yang senantiasa berusaha mendekat kepada-Ku dengan
mengerjakan ibadah nafal sehingga Aku mencintainya, apabila Aku telah
mencintainya, maka Aku akan menjadi matanya…; Aku akan menjadi
telinganya…; Aku akan menjadi tangannya…; Aku akan menjadi
kakinya…; Aku akan menjadi hatinya…; Aku akan menjadi
lidahnya…;…” (HR. Bukhari)
Tuduhan 5:
Dalam aqidah Ahmadiyah seseorang statusnya bisa melebihi Nabi
Muhammad. “Every one can rise to the highest status, he can even
surpass the status of Muhammad, the Messenger of Allah.” Al-Fadl
Qadiyan, 17th July 1922. [Setiap orang dapat meningkat ke atas status
yang setinggi-tingginya bahkan dapat melampaui Muhammad, Utusan Allah].
Jawaban:
Dalam aqidah Islam Ahmadiyah, tidak akan ada seorangpun (termasuk Hz.
Mirza Ghulam Ahmad) yang dapat mencapai status/martabat yang setara
dengan Nabi Muhammad s.a.w. Setara saja tidak mungkin, apalagi
melebihinya.
Hz. Mirza Ghulam Ahmad a.s. menyatakan:
“Cahaya agung yang dianugerahkan kepada manusia yang paripurna tidak
terdapat pada wujud malaikat, tidak pula pada bintang-kemintang, tidak
pula pada sang rembulan, tidak pula pada sang surya. Cahaya itu tidak
terdapat pula di samudra-samudra dan sungai-sungai di dunia. Cahaya
itu pula tidak terdapat di dalam batu-batu mirah delima atau yaqut
atau zamrud atau permata nilam atau mutiara. Pendek kata, tidak
terdapat di semua benda duniawi atau samawi. Hanyalah dalam diri sang
manusia, yakni, di dalam diri manusia paripurna yang perwujudannya
yang penuh, sempurna, tinggi lagi luhur adalah terdapat pada Majikan
serta Junjungan kita, Penghulu segala nabi, Penghulu segala makhluk
hidup, Muhammad Musthafa shallallahu `alaihi wasallam. Jadi, cahaya
itu dilimpahkan kepada manusia itu dan menurut urutan martabatnya,
kepada seluruh pribadi yang sewarna dengannya, yakni, kepada
orang-orang yang sampai pada kadar tertentu mengandung warna itu
pula…Kemegahan setinggi-tingginya, sesempurna-sempurnanya, dan
selengkap-lengkapnya ada pada Majikan kita, Junjungan kita, pemandu
jalan kita, Nabi Ummi, Shadiq, Mashduq [wujud yang kebenarannya
diakui] Muhammad Musthafa shallallahu `alaihi wassallam.” (Ruhani
Khazain, jld. 5, Aina Kamalati Islam, hlm. 120-121)
“Yang memiliki kemuliaan paling tinggi saat ini adalah dia yang
bernama Musthafa. Dia adalah nabi golongan yang benar dan suci.
Darinya mengalir kebenaran dengan deras. Dari wujudnya terpancar aroma
kebenaran. Padanya berakhir segala kemuliaan nabi. Imam yang memiliki
rupa suci dan perilaku yang suci.” (Zia-ul-Haq, hlm. 4)
Hz. Imam Mahdi/Masih Mau’ud a.s. selanjutnya mejelaskan:
“Bagiku tidak mungkin meraih nikmat ini seandainya aku tidak mengikuti
jalan yang ditempuh majikanku, anutanku, kebanggaan para anbiya, insan
yang terbaik, Muhammad Musthafa s.a.w. Apa pun yang kuperoleh, telah
diperoleh karena mentaatinya. Aku mengetahui dari pengalaman pribadi
dan berdasar ilmu yang sempurna bahwa siapa pun tidak dapat mencapai
kedekatan kepada Tuhan tanpa mentaati nabi ini dan mustahil pula
meraih makrifat yang sempurna. Sekarang aku beritahukan pula bahwa
sesudah orang mentaati Rasulullah s.a.w., dengan sesungguh-sungguhnya
dan sesempurna-sempurnanya, ia dianugerahi hati yang cenderung kepada
kebajikan, suatu hati yang sehat, yakni tidak ada kecintaan kepada
dunia dan mulai mendambakan kelezatan abadi dan lestari. Kemudian
sebagai gantinya, hatinya sekarang layak memperoleh kecintaan yang
semurni-murninya dan sempurna – kecintaan Ilahi. Semua nikmat ini
diperoleh sebagai warisan berkat ketaatan kepada Rasulullah s.a.w.”
(Ruhani Khazain, jld. 22; Haqiqatul Wahyi, hlm. 24-25)
Jadi, cukuplah keterangan dari Hz. Mirza Ghulam Ahmad a.s. sendiri
mengenai ketinggian status/martabat Nabi Muhammad s.a.w. yang tidak
dapat dilampaui oleh siapapun, termasuk oleh dirinya sendiri.
Tuduhan 6:
Mirza Ghulam Ahmad adalah Tuhan, dan bahkan lebih hebat dari Tuhan.
“Kamu berasal dari -Ku dan Aku dari Mu. (tazkirah hal 435-436!)
Jawaban:
Ini terjemahan lengkapnya dari Ahmadiyah: “Engkau dari-Ku dan Aku
darimu.” – “Engkau berkedudukan sebagai Tauhid-Ku dan Keesaan-Ku.”
Hz. Imam Mahdi/Masih Mau’ud a.s. menjelaskan tafsirnya tentang wahyu
itu sebagai berikut:
“Engkau begitu dekat dengan-Ku dan hal itu juga yang Aku inginkan dari
engkau sebagaimana kepada Tauhid dan Keesaan. Maka, ketika Aku
menginginkan Tauhid-Ku mendapatkan kemasyhuran, begitu juga Aku akan
memasyhurkan namamu. Dan di mana saja ada nama-Ku, di sana pula ada
namamu.” (Arba’in, jld. II, hlm. 35)
“Arti wahyu tersebut yang aku pahami ialah: `Bahwa orang seperti itu
semisal dengan Tauhid, karena dia menyebarkan Tauhid. Ketika Tauhid
sudah tercemar, maka di masa itulah datang seseorang yang menjadi
penampakan Tauhid. Setiap orang dikenal dengan tujuan hidupnya
(cita-citanya). Akan tetapi, orang ini, tujuan dan cita-citanya hanya
Tauhid. Dia mendahulukan dan mengutamakan Tauhid Allah Subhaanahuu wa
Ta’alaa, dibandingkan dengan tujuan dan cita-cita pribadinya.” (Pidato
yang dimuat dalam Surat Kabar Al-Hakam tahun 1907, hlm. 9).
Jadi, perlu untuk ditampilkan di sini penjelasan dari penerima wahyu
atas wahyu yang diterimanya, karena hanya Mirza Ghulam Ahmad sendiri
yang paling layak mengartikan wahyu yang diterimanya.
Tuduhan 7:
Nama Mirza Ghulam Ahmad lebih sempurna dari nama Allah. “WAHAI AHMAD,
NAMAMU SEMPURNA DAN NAMA KU BELUM SEMPURNA”
Jawaban:
Aslinya: “Yaa ahmaduyatimmu ismuka walaa yatimmu ismi. Kun fiiddunyaa
kaannaka ghariybun aw’aabiru sabiylin wa
kumminashshaalihiinashshiddiiqiina wa murbilma’rufi waanha’anilmunkari
wa shalli’alaamuhammadiwwaaalimuhammadin. Ashshalaawatu huwalmurabbi.
Inni rafi’uka ilayya…” Ini redaksi terjemahan aslinya lengkap dengan
referensinya yang diambil dari Tadzkirah versi bahasa Inggris
terjemahan Muhammad Zafrullah Khan:
“…Your name will come to an end O Ahmad, but My name will not come
to an end. Be in the world like a stranger or a traveller and be of a
righteous and the faithful and call to goodness and forbid evil and
call down blessings on Muhammad and the people of Muhammad. Calling
down blessings is the true training. I shall raise thee towards Me…”
[Terjemahan bebas: “…Wahai Ahmad, namamu akan berakhir, namun
nama-Ku tidak akan berakhir. Jadilah [kamu] di dunia ini seperti
seorang asing atau seorang pengembara dan jadilah seorang yang berbudi
dan beriman dan ajaklah kepada kebaikan dan jauhilah kejahatan dan
mintalah berkat [shalawatlah untuk] Muhammad dan umat Muhammad.
Meminta [untuk mendapatkan] berkat-berkat (Shalawat) adalah latihan
yang sejati. Aku akan angkat engkau kepada-Ku..”] (Braheen Ahmadiyya
part III pp. 238-242 sub footnote 1)
Hz. Mirza Ghulam Ahmad a.s. menjelaskan arti kalimat “namamu akan
berakhir, namun nama-Ku tidak akan berakhir” sebagai berikut:
“Thou art mortal and thy praise will come to an end, but Allah’s
praise will not come to an end for it is without count and without end.”
[Terjemahan bebas: “Engkau [Ahmad] tidaklah abadi dan pujian bagimu
akan berakhir, namun pujian bagi Allah tidak akan pernah berakhir yang
untuk itu [pujian bagi Allah] tak terbilang dan tanpa akhir.”]
(Braheen Ahmadiyya part III. p. 242)
Jadi, semakin jelas bahwa memang para penentang Ahmadiyahlah yang
telah melakukan manipulasi atas teks yang dimiliki oleh Ahmadiyah.
Tuduhan 8:
Fawzy Sa’ied Thaha dalam kolomnya di majalah Media Dakwah Dzulhijjah
1421/Maret 2001 berjudul “GHULAM AHMAD PENYELEWENG TERBESAR.” Diantara
`wahyu-wahyu’ dahsyat yang diterima `nabi’ Mirza si pembohong itu adalah:
“Dalam kasyaf yang dialami dalam keadaan sadar itu padaku nampak suatu
gedung yang agung dan indah. Dalamnya ada sebuah sofa di mana duduk
seorang(!) yang berkepribadian amat hebat. Dia adalah Tuhan. Pikiranku
merasa seolah-olah aku menjadi petugas di Dewan Ilahi. Aku telah
menuliskan dekrit-dekrit tertentu yang kupersembahkan ke hadapan Yang
Maha Kuasa untuk ditanda tangani-Nya. Aku diajak-Nya duduk diatas sofa
itu dengan rasa kasih sayang yang mendalam seperti seorang ayah(sic!).
Kemudian Ia mencelupkan tangkai pena-Nya kedalam dawat lalu
digoyangkan-Nya sedikit kemudian menandatangani(?) dokumen-dokumen
itu” (Mu’jizat Pendiri Ahmadiyah, 1194, h.50-51; Ghulam Ahmad, Tiryaq
ul Qulub, hal 33; dan Haqiqat ul Wahyi, hal 255).
Jawaban:
Terjemahan resminya oleh Muhammad Zafrullah Khan:
“On one occasion I saw in a vision that I had written certain divine
decrees setting out events in the future and then presented the paper
to God Almighty for His signature.”
[Terjemahan bebas: “Sekali waktu dalam sebuah kasyaf saya melihat
bahwa saya telah menuliskan dekrit-dekrit ketuhanan tertentu yang
mengemukakan kejadian-kejadian di masa datang dan kemudian kertas
itu diberikan kepada Tuhan Yang Maha Perkasa untuk mendapatkan
tanda-tangan-Nya.”]
Ini penjelasan yang diberikan oleh Hz. Mirza Ghulam Ahmad a.s.
mengenai kasyaf tersebut:
“It should be remembered that in visions and true dreams it sometimes
happens that some divine attribute of beauty or majesty is beheld in
the form of a human being and the person seeing the visions imagine
that that is a manifestasion of God Almighty. Such an experince is
well known to seers and is recognized and cannot be denied by those
who are familiar with these matters. In my vision I presented the
document containing divine decrees to the form which was a
manifestation of an attribute of beauty of God Almighty for His
attestation. He was in the form of a Ruler. He dipped His pen in red
ink and first flicked it in my direction and with the rest of the red
ink which remained at the point of the pen He put His signature to the
document. Thereupon the vision came to an end…”
[Terjemahan bebas: Hal itu seyogyanya diingat bahwa di dalam kasyaf
dan mimpi yang benar terkadang terjadi bahwa beberapa atribut
keindahan dan keagungan ketuhanan dilihat dalam bentuk seorang manusia
dan orang yang melihat kasyaf-kasyaf membayangkan bahwa itulah sebuah
manifestasi dari Tuhan Yang Maha Perkasa. Pengalaman seperti itu
dikenal dan diketahui dengan baik oleh ahli-ahli ilmu masa depan dan
tidak dapat disangkal oleh orang yang mengerti dengan masalah ini.
Dalam kasyaf itu saya memberikan dokumen yang berisi dekrit-dekrit
ketuhanan kepada sebuah bentuk yang merupakan sebuah manifestasi
atribut keindahan dari Tuhan Yang Maha Perkasa untuk (mendapatkan)
pengesahan-Nya. Dia dalam bentuk seorang Penguasa. Ia memasukkan
pena-Nya dalam tinta merah dan langsung mengibaskannya ke arahku dan
sisa tinta merah yang masih ada di ujung pena Dia gunakan untuk
tanda-tangan-Nya di dokumen. Setelahnya kasyaf berakhir…” (Surmah
Chashm Arya, pp. 131-132 footnote)
Tuduhan 9:
Ghlam Ahmad mengajarkan bahwa Isa Almasih mempunyai bapak, di ayat
manakah tazkirah mengatakan bahwa Isa Almasih mempunyai bapak?, simak
ayat tazkirah dibawah ini:
WAHAI ADAM, TINGGALLAH KAMU DAN ISTRIMU DI SURGA. (Yaa aadamuskun
`anta wazawjukal jannah)
WAHAI MARYAM, TINGGALLAH KAMU DAN SUAMIMU DI SURGA (Yaa maryamuskun
`anta wazawjukal jannah)
WAHAI AHMAD, TINGGALLAH KAMU DAN ISTRIMU DI SURGA. (Yaa ahmaduskun
`anta wazawjukal jannah)
Jawaban:
Dari redaksi bahasa Arabnya terlihat sangat jelas bahwa kata “Maryam”
yang dimaksud dalam kalimat itu adalah bukan untuk Maryam ibundanya
Nabi Isa a.s., tetapi untuk Hz. Mirza Ghulam Ahmad, karena kalimat
yang dipakai “Yaa maryamuskun `anta wazawjukal jannah” menunjukkan
bentuk mudzakkar (jenis kelamin laki-laki) sama seperti kalimat
sebelum dan sesudahnya adalah bentuk mudzakkar, bukan muannats (jenis
kelamin wanita). Kalau bentuknya muannats, maka kalimatnya seharusnya
menjadi: “Yaa maryamuskuniy `anti wazawjukil jannah.”
Jadi, terjemahan yang benar adalah:
“Wahai Adam tinggalah engkau dan pasangan engkau di Surga; wahai
Maryam, tinggalah engkau dan pasangan engkau di Surga; wahai Ahmad
tinggalah engkau dan pasangan engkau di Surga.”
Karena Hz. Mirza Ghulam Ahmad oleh Allah telah dijadikan secara majazi
menjadi Maryam dan Ibn Maryam, untuk mengerti hal ini kita perlu
mengkaji sabda mulia Rasulullah s.a.w. sebagai berikut:
“Tiada anak Adam yang dilahirkan kecuali setan menyentuhnya sewaktu ia
dilahirkan, maka ia menjerit karena sentuhan setan itu, selain Maryam
dan anaknya. Kemudian Abu Hurairah berkata: “Dan sesungguhnya aku
mohon perlindungan kepada Engkau akan ia dan keturunannya dari setan
yang terkutuk.” (HR. Bukhari, dari Abu Hurairah r.a., Juz I, hlm. 253)
Dalam Hadits itu akan timbul pertanyaan kritis, apabila hanya Maryam
dan anaknya (Nabi Isa a.s.) saja yang bebas dari sentuhan setan ketika
dilahirkan, lalu bagaimana dengan Nabi Muhammad s.a.w. dan para nabi
lainnya ketika dilahirkan, apakah mereka disentuh setan?
Untuk menjawab pertanyaan itu, Az-Zamakhsari dalam tafsir Kasysyaf-nya
menjelaskan:
“Maka, maksud Hadits ini adalah setiap anak yang dilahirkan, setan
senantiasa menginginkan untuk menyesatkannya kecuali terhadap Maryam
dan anaknya, karena mereka suci (ma’shum). Dan demikian juga setiap
anak yang memiliki sifat-sifat mereka [yaitu Maryam dan anaknya].”
(al-Kasysyaf, Juz I, hlm. 426, Dzul-Fikar)
Jadi, menurut Hadits itu, yang dimaksud sebagai Maryam dan Ibnu Maryam
tidak terbatas hanya dua macam manusia saja, tetapi juga dapat
dimaknakan kepada kaum Mukmin dan para Nabi, di mana sifat mereka itu
dijelaskan dalam Qur’an sebagai perumpamaan orang Mukmin, yaitu Istri
Fir’aun dan Maryam binti Imran (66:11-12), dan dalam ayat sebelumnya
orang-orang kafir dimisalkan sebagai dua orang perempuan yaitu istri
nabi Nuh dan istri nabi Luth. Oleh karena kedua suaminya mukmin bahkan
keduanya nabi, namun mereka (istri-istrinya) sendiri menjadi kafir.
Dari ayat 66:11-12, dijelaskan bahwa mukmin itu ada 2 macam, yaitu
pertama, yang memiliki sifat seperti Istri Fir’aun (Aisyah binti
Muzahim) dan yang kedua, memiliki sifat Maryam binti Imran.
Mukmin pertama berada dibawah kekuasaan seorang kafir, dan mukmin
kedua adalah sejak semula keburukan tidak dapat menguasainya (Lihat
Hadits di atas, bahwa setan tidak dapat menyentuhnya), dan yang
menjaga kehormatannya (Lihat potongan ayat 66:12). Mukmin bentuk
inilah yang dalam al-Qur’an disebut dengan nama Maryam, seperti
Pendiri Ahmadiyah juga mendapatkannya. Kemudian dari keadaan sifat
Maryam itu meningkat ke derajat Ibnu Maryam, sesuai dengan ayat
al-qur’an yang berbunyi: “…lalu, Kami tiupkan kedalamnya ruh dari
Kami dan Kami jadikan dia dan anaknya tanda yang besar bagi semesta
alam.” (21:91).
Karena maqam Maryam adalah derajat shiddiqiyah, sedangkan maqam Ibnu
Maryam adalah derajat kenabian – maka bagi setiap nabi mengalami dua
keadaan itu. Sesudah mengalami keadaan Maryam, lalu meningkat ke maqam
kenabian dan di dalam kedua keadaan maqam ini, ia suci dari sentuhan
setan. Arti inilah yang dimaksud oleh Hadits Bukhari di atas.
Ayat-ayat surah at-Tahrim tersebut membuktikan bahwa sebagaimana Hz.
Maryam Siddiqah mencapai maqam kesucian yang sangat tinggi kemudian
mengandung dan melahirkan Hz. Isa a.s. yang menjadi nabi Allah,
demikian pula seorang mukmin laki-laki pun mengalami keadaan Maryam
kemudian akan mengandung secara keruhanian dan mengandung secara
kiasan yang menyebabkan kelahiran Ibnu Maryam secara majazi atau
kiasan. Jadi, mukmin laki-laki itu disebut dengan nama Maryam dalam
arti majaz dan istiarah. Demikian juga dia mengandung dalam makna
majaz dan istiarah, dan dalam makna ini menyebabkan kelahiran Ibnu
Maryam.
Allah Ta’ala telah membuat perumpamaan orang-orang kafir dan mukmin
dengan 4 orang wanita. Memang laki-laki bukan perempuan, tetapi dalam
arti istiarah dan majaz mereka disamakan dengan perempuan. Inilah
sebabnya Syekh Fariduddin Ath-Thar r.h. telah mengutip perkataan Hz.
Abbasiyah Thasi r.h.: “Pada hari Qiamat ketika datang seruan, “Wahai
laki-laki, kalian dari shaf laki-laki yang paling pertama harus
mengikuti jejak langkah Maryam.” (Tadzkiratul Auliya, Dzikir Hadhrat
Rabiah Bashra, Bab. 9, hlm. 51. Cetakan Syekh Barkat Ali, Edisinal
Lahore wa Zhahirul Asfiya, Terjemahan Urdu, Tadzkiratul Auliya, hlm. 55)
Jadi, ke arah sudut pandang ma’rifat inilah Hz. Mirza Ghulam Ahmad
menyatakan:
“…di dalam kalimat-kalimat ilham yang dimaksudkan dengan Isa dan
Maryam itu adalah diriku ini. Mengenai dirikulah dikatakan, bahwa Dia
akan menjadikan sebagai Tanda. Selain itu dikatakan, bahwa akulah Isa
ibnu Maryam yang akan datang itu tapi orang-orang meragukannya. Ini
adalah kebenaran, dan inilah orang yang akan datang itu. Dan keraguan
itu timbul hanya karena kekurang-pahaman belaka. Siapa saja tidak
mengerti rahasia-rahasia Ilahi dan memuja kepada keadaan lahiriyah, ia
tidak akan dapat melihat kepada realita (hakikat).” (Bahtera Nuh, hal.
75, terj. R. Ahmad Anwar dan Sayyid Shah Muhammad)
Tuduhan 10:
Konon Tuhannya memanggilnya dengan sebutan: “Hai bulan, dan hai
matahari! Engkau dari-Ku dan Aku dari engkau”. (Penampakan Kebesaran
Tuhan, h.9).
Jawaban:
Sebenarnya masih ada lanjutan penjelasan mengenai wahyu tersebut. Hz.
Ahmad a.s. selanjutnya menulis dan menjelaskan:
“Dalam wahyu Ilahi ini Allah Ta’ala sekali waktu menyebut daku bulan
dan menyebut nama-Nya sendiri matahari. Maksudnya ialah, bahwa seperti
halnya sinar bulan memperoleh karunia dan faedah dari matahari, begitu
pula sinarku memperoleh karunia dan faedah dari Tuhan. Kemudian pada
kali lainnya Allah Ta’ala menyebut nama-Nya sendiri bulan dan
memangilku sebagai matahari. Dengan demikian berarti Sinar
Keagungan-Nya akan Dia tampakkan melalui diriku…” (Mirza Ghulam
Ahmad, Penampakan Kebesaran Tuhan, a. b. R. Ahmad Anwar, Sayyid Shah
Muhammad al-Jaelani, (Bogor: Yayasan Wisma Damai, 1992), hlm. 9-10)
Penjelasan itu adalah dalam bentuk metafora. Ini tambahan penjelasannya:
Kanjeng Nabi s.a.w. disebut oleh Allah sebagai siraajam-muniir (33:46)
– Ini juga bentuk metafora, dan makna keruhanian dalam bentuk metafora
banyak ditemukan dalam al-Qur’an.
Tuduhan 11:
Dalam buku ‘An-Nubuwwah fil Al-Ilham karangan ulama Ahmadiyah Muhammad
Yusuf Al-Qadiani disebutkan: “Bahwa Allah berfirman kepadanya,”wahai
Ghulam Ahmad, orang yang mencintai-Ku dan taat kepada-Ku dia harus
mengikutimu dan beriman kepadamu. Jika tidak, maka dia tidak menjadi
pencinta-Ku tetapi menjadi musuh-KU. Jika orang2 yang mengingkarimu
tidak mau menerima hal ini, tetapi meeka mendustakan dan menyakitimu,
maka Kami akan memberi mereka balasan yang sangat buruk atau kami
sediakan bagi mereka ORANG ORANG KAFIR ITU neraka Jahaman sebagai
penjara mereka’.
Jawaban:
Muhammad Yusuf bukanlah ulama dari Ahmadiyah, dan kutipan itu tidak
memiliki referensi yang berasal dari tulisan Hz. Mirza Ghulam Ahmad
a.s., sehingga layak diragukan terjemahannya.
Mengenai masalah kafir, ini penjelasan tuntas dari Hz. Mirza Ghulam
Ahmad a.s.:
“Dari permulaan, saya telah memiliki pendapat bahwa tidak seorangpun
dapat menjadi seorang kafir atau dajjal dengan menolak pendakwaanku.
Seseorang yang seperti itu secara pasti dalam kekeliruan dan tersesat
dari jalan yang lurus. Saya tidak menyebutnya tidak memiliki keimanan
namun ia yang menolak kebenaran yang mana Tuhan Yang Maha Perkasa
telah membukakannya kepada saya akan berada dalam kekeliruan dan
tersesat dari jalan yang lurus. Saya tidak mengalamatkan seseorang
yang beriman pada Kalimah [Kalimat Syahadat] sebagai seorang kafir,
kecuali yang menolak saya dan menyebut saya seorang kafir, ia sendiri
yang menjadi seorang kafir. Dalam hal ini, para penentangku yang
selalu memulainya. Mereka menyebutku kafir dan membuat fatwa-fatwa
yang menentangku. Bukan saya yang memulai membuat fatwa-fatwa untuk
menentang mereka. Mereka akan membuat pengakuan jika saya adalah
seorang Muslim dalam pandangan Tuhan Yang Maha Perkasa, maka dengan
menyebut saya sebagai seorang kafir, mereka sendiri menjadi orang yang
sesuai dengan fatwa Rasulullah s.a.w. Oleh sebab itu, saya tidak
menyebut mereka kafir, namun mereka sendiri jatuh ke dalam tempat yang
difatwakan oleh Rasulullah s.a.w. (Tiryaqul Qulub, hlm. 130-131;
Ruhani Khazain, vol. 15, hlm. 432-433)
Pernyataan Hz. Mirza Ghulam Ahmad a.s. itu tidak menyatakan semua
orang Muslim yang menolak pendakwaannya sebagai kafir, tetapi hanya
mereka yang menyebut beliau sebagai kafir telah menjadi sasaran dari
fatwa Rasulullah s.a.w. yang menyatakan:
“Barangsiapa memanggil atau menyebut seorang itu kafir atau musuh
Allah padahal sebenarnya bukan demikian, maka ucapannya itu akan
kembali kepada orang yang mengatakan [menuduh] itu.” (Keterangan ini
diambil dari kitab Bukhari, dengan penjelasan seperlunya).
Selanjutnya beliau menyatakan:
“Sekarang lihatlah kebohongan mereka. Mereka menuduh saya telah
mengkafirkan 200 juta kaum Muslim yang mengakui Kalimah [Kalimat
Syahadat]. Kami tidaklah memulai mencap orang-orang sebagai kafir.
Para pemuka agama merekalah yang mengeluarkan fatwa kufur kepada kami
dan menimbulkan kegemparan ke seluruh Punjab dan India bahwa kami
adalah kafir. Pernyataan fatwa-fatwa ini begitu mempengaruhi
orang-orang bodoh untuk menentang kami dan bahkan mereka menganggap
sebagai sebuah dosa berbicara kepada kami dengan cara yang beradab.
Dapatkah para maulvi [kyai/ulama] atau para penentang lainnya
membuktikan bahwa kami terlebih dahulu telah menyatakan mereka sebagai
kafir? Apabila terdapat surat kabar, pengumuman atau buku yang
diterbitkan oleh kami sebelum adanya fatwa-fatwa mereka yang
menyebutkan kami menyatakan para penentang Muslim kami sebagai kafir,
maka mereka harus membawanya ke muka. Jika tidak, maka mereka harus
menyadari bagaimana tidak jujurnya mereka, sementara merekalah yang
menyebut kami sebagai kafir dan menuduh kami telah menyatakan semua
Muslim sebagai kafir.” ( Haqiqatul Wahyi, hlm. 120; Ruhani Khazain,
vol. 22, hlm. 123 )
Tuduhan/Keberatan 12:
Allah memberi wahyu kepada Mirza: “AKU MENAMAIMU MAL MUTWAAKKIL ”
Jawaban:
Wahyu ini diturunkan ketika Mirza Ghulam Ahmad sedang berkonfrontasi
dengan pihak Kristen.
Ini redaksi lengkapnya:
“Kamu memiliki dukungan yang kuat sebagai bukti dari Tuhanmu yang
berupa kasih sayang dari-Nya. Dengan karunia-Nya kamu bukanlah orang
gila. Mereka mencoba membuatmu takut kepada selain dari diri-Nya.
Kamu dalam perlindungan-Ku. Aku telah menamakanmu Mutawakkil (Yang
dapat dipercaya). Allah memujimu dari singgasana-Nya. Kaum Yahudi dan
Kristen tidak akan pernah suka kepadamu. Mereka merencanakan dan juga
Allah merencanakan, dan Allah adalah sebaik-baiknya perencana.”
(Hamamatul Bushra, hlm. 21)
Wahyu tersebut merupakan wahyu yang memberi hiburan dan dukungan bahwa
Allah senantiasa berada di belakang Mirza Ghulam Ahmad ketika tekanan
perlawanan sedang meningkat. Jadi, apa yang dimasalahkan dengan wahyu ini?
Tuduhan/Keberatan 13:
Mirza Ghulam Ahmad mendapatkan banyak wahyu dengan nama nabi-nabi
untuk dirinya:
WAHAI ISA YANG TIDAK MENYIA NYIAKAN WAKTUNYA
KAMU ADALAH AL MASIH YANG WAKTUNYA TIDAK DI SIA SIA KAN
KAMU ADALAH ASY SYAIKH AL MASIH,DAN SESUNGUHNYA AKU BESAMAMU DAN
BERSAMA PARA PENOLONGMU, DAN KAMU ADALAH NAMA-KU YANG TINGGI
WAHAI DAUD, BEKERJALAH DENGAN MANUSIA SECARA HALUS DAN BAIK
WAHAI NUH, RAHASIAKANLAH MIMPI MU
Jawaban:
Para pihak penentang ini lupa, bahwa Nabi Muhammad s.a.w. juga
diwahyukan banyak nama-nama Nabi dan nama lainnya yang sudah ada
bahkan sebelum lahirnya beliau s.a.w., seperti tertera dalam
al-Qur’an, misalnya:
“Wahai Adam…”(2:33)
“Wahai Bani Israil…”(2:40)
“Wahai Musa…”(2:55)
Dan masih banyak sebutan lainnya. Apakah para penentang ini berani
mengkritik mengapa Kanjeng Nabi Muhammad s.a.w. banyak disebut oleh
Allah dengan nama para nabi sebelumnya?
Berikut ini penjelasan dari Hz. Mirza Ghulam Ahmad a.s. mengapa beliau
banyak diberikan nama para nabi sebagai berikut:
“…seperti yang disebutkan dalam Brahin ahmadiyah, Tuhan Yang maha
Perkasa telah membuatku menjadi manifestasi dari para Nabi, dan telah
diberikan kepadaku nama-nama mereka. Saya adalah Adam, saya adalah
Syits, saya adalah Nuh, saya adalah Ibrahim, saya adalah Daud, saya
adalah Isa dan saya adalah manifestasi sempurna dari Rasulullah
s.a.w., sehingga saya adalah Muhammad dan Ahmad sebagai refleksinya.”
(Haqiqatul Wahyi hlm. 72)
“Arti wahyu: Juara dari Allah dalam jubah para Nabi; adalah bahwa saya
telah dianugerahkan sebuah bagian dari Adam dan setelahnya, apakah
mereka yang hadir di antara Israil atau di luar Israil. Tidak ada satu
bagian dari para Nabi itu yang kualitas atau keadaan khususnya yang
tidak dianugerahkan kepadaku. Sifatku mengambil bagian dari sifat
setiap Nabi. Inilah yang Tuhan telah beritahukan kepadaku.” (Brahin
Ahmadiyah, Bab V, hlm. 89)
Tuduhan 14:
Mirza Ghulam Ahmad diberikan nama Immanuel, seperti nama yang
berhubungan dengan Kekristenan. Ini wahyunya: “NAMAMU IMMANUEL ”
Jawab:
Nama Emmanuel (dalam bahasa Ibrani berarti: Tuhan besertanya) adalah
nama yang diberikan untuk anak laki-laki Mirza Ghulam Ahmad, bukan
tertuju kepada Mirza Ghulam Ahmad. Nama tersebut adalah bentuk
metafora, yang berarti bahwa Allah Ta’ala akan selalu melindungi
putera laki-laki Mirza Ghulam Ahmad.
Demikian redaksi lengkapnya:
“Seorang anak laki-laki yang suci dan rupawan akan datang sebagai
tamumu. Namanya adalah Emmanuel dan Bashir…’ (Pengumuman Hijau, hlm.
21 catatan kaki, Tableegh Risalat Vol. I, hlm. 141)
Mirza Ghulam Ahmad menjelaskan:
“Kata-kata permulaan yang berbunyi: Seorang anak laki-laki yang suci
dan rupawan…mengisyaratkan sebuah hidup yang singkat, untuk seorang
tamu yang tinggal untuk beberapa hari dan kemudian pergi
meninggalkannya.” (Pengumunan Hijau, hlm. 21 catatan kaki, Tableegh
Risalat Vol. I, hlm. 141)
Satu di antara anak laki-lakinya kemudian meninggal. Dan wahyu itu
juga itu tertuju kepada anak laki-laki lainnya yang kemudian bernama
Bashiruddin Mahmud Ahmad.
“Tuhan memberinya banyak nama dalam wahyu, beberapa di antaranya
adalah Bashir, Emmanuel…”
“Di dalam sebuah wahyu, anak laki-laki kedua ini juga disebut Bashir.
Tuhan berfirman: “Bashir kedua akan dianugerahkan kepadamu. Ini adalah
Bashir yang sama yang nama lainnya adalah Mahmud mengenai dirinya yang
telah disebutkan…” (Surat tertanggal 4 Dec. 1888 dialamatkan kepada
Hazrat Maulvi Nur-ud-Din, Maktubat Ahmadiyah Vol. V No. 5 hlm. 45-50)
Jadi, para penentang Ahmadiyah karena ketidakmengertiannya telah
keliru dengan mengalamatkan nama Emmanuel tersebut kepada Mirza Ghulam
Ahmad.
Tuduhan/Keberatan 15:
Tuhan mewahyukan kepadanya: “WAHAI ABDUL QADIR, SESUNGGUHNYA AKU
BERSAMA MU”
Jawaban:
Tidak diketahui apa maksud para penentang dari terjemahannya yang
tidak lengkap itu, dan ini terjemahan lengkapnya berikut penjelasannya:
“Abdul Qadir, Allah ridha kepadamu. Saya melihat keridhaan-Nya. Allah
Maha Besar.”
“Terlihat bahwa Tuhan akan memanifestasikan kekuatan-Nya kepadaku.
Itulah mengapa Dia menamaiku Abdul Qadir dalam wahyu ini.
Keridhaan-Nya mengisyaratkan bahwa Dia akan memanifestasikan sesuatu
di dunia ini yang akan menunjukkan bahwa Dia ridha kepadaku. Bahkan di
dunia ini ketika seorang penguasa ridha [senang] kepada seseorang
terdapat juga beberapa bukti lahiriah dari keridhaannya itu.
Wahyu-wahyu itu berarti bahwa saya akan melihat sesuatu yang pada
lahirnya mengisyaratkan keridhaan Allah.”
“Seorang beriman yang memperoleh keridhaan Tuhan Yang Maha Perkasa
sebagai hal yang disayanginya. Rasulullah s.a.w. bersabda bahwa ketika
orang beriman diterima [masuk] ke Surga, mereka akan ditanya: Apa yang
kamu inginkan? Mereka akan menjawab: Tuhan, kami ingin agar Engkau
ridha kepada kami. Tuhan akan menjawab: Jikalau Aku tidak ridha
kepadamu, kamu tidak akan masuk Surga.” (Al-Hakam Vol. IX, No. 19, 31
Mei 31 1905, hlm.1)
Tuduhan 16:
Tuhan mempunyai anak. Inilah wahyu Tuhan kepada Mirza Ghulam Ahmad:
“KAMU DISISI KU PADA KEDUDUKAN ANAK ANAK KU”
Jawaban:
Berikut ini penjelasan lengkapnya dari Hz. Mirza Ghulam Ahmad a.s.
yang tidak pernah ditampilkan oleh para penentang.
Beliau menjelaskan:
“Syekh Abdul Qadir Jaelani (Semoga Allah memberikan rahmat kepadanya)
mengatakan: Saya telah melihat Tuhanku dalam bentuk ayahku. Saya juga
telah mengalami pengalaman yang serupa. Ayahku adalah seorang
laki-laki dengan penampilan yang mengesankan dan memiliki keberanian
yang besar dan ketetapan hati yang tinggi. Saya melihatnya duduk di
sebuah singgasana agung dan disampaikan kepadaku bahwa ia adalah Tuhan.”
“Makna hal itu adalah bahwa sebagaimana seorang ayah penuh kasih
sayang dan rasa kasihan dan sebuah pemandangan Tuhan Yang Maha Perkasa
di dalam bentuk ayah seseorang adalah sebuah manifestasi dari
kemurahan Tuhan, kedekatan-Nya, dan kecintaan-Nya yang dalam…dan
satu di antara wahyu-wahyu juga mengatakan: Kamu bagi-Ku seperti
anak-anak-Ku…” (Al-Hakam Vol. VI No. 17, 10 May 1902, hlm. 7)
“Haruslah diingat bahwa Tuhan Yang Maha Perkasa tidaklah memiliki
anak. Dia tidak bersekutu dengan apapun dan tidak mempunyai anak.
Tidak ada seorangpun yang memiliki hak untuk mengatakan: Saya adalah
Tuhan; atau mengatakan: Saya adalah anak Tuhan. Wahyu Ilahi terkadang
menampilkan ungkapan-ungkapan yang bersifat metafora/kiasan. Sebagai
contoh dalam Al-Qur’an, Tuhan menjelaskan tangan-Nya sebagai tangan
Rasulullah s.a.w. di dalam kata-kata: Tangan Allah di atas tangan
mereka; atau seperti yang Dia firmankan: Ingatlah Allah, sebagaimana
kamu biasa mengingat ayah-ayahmu. Oleh sebab itu, adalah perlu untuk
mempelajari firman Tuhan dengan seksama dan hati-hati. Percayalah
kepada apa yang berbentuk kiasan dan janganlah mencari apa yang ada
dibalik hal itu; serahkan hal itu kepada Tuhan. Berpedomanlah pada
kebenaran bahwa Tuhan tidak akan mengangkat seorang anak bagi
diri-Nya, meskipun banyak terdapat kiasan yang dapat ditemukan dalam
firman-Nya. Oleh sebab itu waspadalah, dengan menafsirkan kiasan
menjadi literal/harfiah akan menimbulkan kekacauan. Terdapat sebuah
wahyu mengenai diri saya yang terdapat dalam Brahin Ahmadiyah:
Katakanlah, aku tiada lain adalah seorang manusia seperti kamu.
Diwahyukan kepadaku bahwa Tuhanmu adalah Tuhan Yang Esa dan semua
kebaikan terdapat dalam Qur’an.” (Dafe-ul-Bala hlm. 67 catatan kaki)
Salam,
M. A. Suryawan
ulasan yang sangat ilmiah dan memuaskan…bagi saya para penentang itu merupakan penghalang yg harus dilewati…begitu juga pada saat Rasulullah Saw menyebarkan ajarannya ISLAM banyak para penenentang yang berusaha menghentikannya.
mana bisa @mahasiswa ngebahasnya…ulasan yg disampaikan @dildaar80…bisanya hanya menjelekan yg diambil “tadzkirah” versi LPPI
pada intinya agama yg di akui alloh tetap islam dan nabi akhr jaman tetap Muhamad as.dan bukan mirza dari india yg ga jelas! Kitab ahmadiyah tu isinya ngarang2 suka suka perut mirza.dasa pungo dan bangai.
Ahmadiyah bukan islam DAN Islam ADALAH ISLAM insaflah wahai umat manusia begitulah gunjang ganjing ahir Zaman.
fas-alu ahlazzikri in-kuntum la-ta’lamun
yang saya tau ahmadiyah itu islam hanya saja seperti organisasi seperti FPI, PERSIS dll. klian salah arti, nabi terakhirnya tetap nabi muhammad, mirza gulam ahmad hanyalah penerusnya. mereka haji tetap ke mekkah bukan ke qadian. kitabnya pun alquran bukan tadzkirah, tadzkirah hanya kumpulan tulisan beliau.
Ahmadiyah itu bukan organisasi seperti (Muhammadiyah, NU, Persi, SI dll). Tapi ahmadiyah itu Ajaran Mirza Ghulam Ahmad, ahmadiyah itu sebutan perngikut si Mirza.
Itu kata mereka? Coba lihat aqidah nya, sama gak dengan Islam?.
Nah itu tadzkirah coba baca, asumsikan saja itu bukan kitab, coba baca didalamnya akan banyak kontradiksi dengan aqidah islam.
Gak peduli itu kitab atau bukan, ketika isinya berbeda dengan aqidah Islam, tambah lagi mengacak-acak aqidah islam, terus mereka mengaku islam. Sesuai kah? Pantas kah untuk orang muslim maklumi?